Bisnis.com, MAKASSAR - Kalla Group fokus mengembangkan lini usaha di sektor energi dan membuka diri untuk kerjasama dengan e-commerce untuk bisnis logistik, seiring potensi pertumbuhan bisnis yang cukup besar pada dua sektor tersebut.
Ekspansi sayap bisnis perusahaan keluarga milik Haji Kalla di sektor energi dilakukan di bawah Kalla Energy melalui beberapa anak perusahaan.Secara umum, konglomerasi Kalla Group bergerak pada sektor otomotif, transportasi, logistik, konstruksi, properti, manufaktur dan energi pada sejumlah daerah di Tanah Air, meski sebagian besar berbasis di Sulawesi.
Presiden Direktur Kalla Group, Solihin Jusuf Kalla mengatakan perusahaan saat ini tengah fokus mengembangkan sektor energi khususnya green energy dengan total portofolio pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mencapai 1.980 mega watt (MW).
“Kami fokus menggarap green energy karena energi hijau ini ramah lingkungan, tidak merusak bumi, tidak menyebabkan polusi. Kalla Energy punya tiga konsensi PLTA kapasitas 600 MW. Sektor energi dan logistik akan menjadi fokus kami,” kata Solihin, dalam media gathering Kalla Group, Kamis (08/11) malam.
Tercatat Kalla Energy mengelola PLTA di bawah grup perusahaan Kalla yang beroperasi di sejumlah wilayah di Indonesia, di antaranya PLTA Poso I, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci, PLTA Malea dan PLTA Mamuju.
“Untuk Mamuju belum operasional, potensi energi sekitar 450 MW. Potensi pengembangan energi baru terbarukan di wilayah kita ini cukup besar,” ujar Solihin.
Baca Juga
Saat ini, Kalla Group melalui PT Bumi Sarana Migas, sedang merintis kerja sama dengan perusahaan nasional dan multi nasional untuk pengembangan proyek penyaluran LNG via virtual pipe dan diversifikasi bahan bakar.
Perusahaan, lanjut Solihin, juga mengembangkan pengolahan mineral melalui bendera PT Bumi Mineral Sulawesi. Fasilitas pengolahan smelter feronikel dan stainless steel tersebut saat ini dalam proses konstruksi dengan progres pembangunan sekitar 80%.
“Mudah-mudahan 2019 sudah mulai produksi, targetnya 33.000 ton per tahun feronikel. Lokasinya di Luwu, untuk nikelnya dari Morowali. Kami kerja sama dengan Bukaka untuk konstruksi fasilitas pengolahan itu,” tambah Solihin.
//Logistik//
Selain energi, Kalla Group juga fokus mengembangkan sayap bisnis logistik melalui pembangunan warehouse atau gudang penyimpanan. Saat ini Kalla Logistics menggarap jasa pengiriman distribusi kendaraan dari satu wilayah ke wilayah lain melalui car carrier, trucking, air freight dan sea freight.
“Di antara sekian anak perusahaan, salah satu yang kami fokuskan juga di sektor logistik dan warehousing. Kami sedang menambah satu armada kapal untuk mendorong logistik dan membangun beberapa warehouse di Manado dan Gorontalo untuk layani berbagai jenis industri,” papar Solihin.
Total lahan yang dimiliki perusahaan untuk bisnis warehouse sekitar 20 hektar.Kalla Group, tukas Solihin,membuka diri untuk kerja sama dengan e-commerce melalui penyediaan gudang penyimpanan. Peluang untuk pengembangan bisnis warehouse ini cukup besar seiring tren bisnis saat ini.
“Kami memiliki kerja sama dengan beberapa perusahaan fast moving consumer goods. Usaha logistik juga didukung oleh transportasi darat. Kami mendorong agar disparitas harga di wilayah Timur ini bisa ditekan melalui pengembangan bisnis logistik,” ujarnya.
Roda konglomerasi Kalla Group yang tahun ini memasuki usia 66 tahun, kini dijalankan oleh generasi ketiga. Memiliki 14 anak perusahaan, sekitar 30% pendapatan Kalla Group saat ini disumbang oleh lini bisnis di sektor energi.
“Apabila tanpa memasukkan sektor energi, usaha otomotif masih menjadi backbone pendapatan. Pertumbuhan bisnis kami sesuai outlook tahun ini tumbuh 8,4% (di luar sektor energi). Total aset sekitar Rp11,3 triliun,” tutup Corporate Strategic and Development Director Kalla Group, Disa R. Novianty.