Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Sentral Jepang (BOJ) Haruhiko Kuroda mengesampingkan peluang kenaikan suku bunga acuan dalam jangka pendek.
Dia menjelaskan, keluar dari kebijakan stimulus longgar saat ini dapat menambah ketegangan bagi institusi keuangan dan mengancam pemulihan ekonomi Negeri Sakura.
“Penting untuk melanjutkan kekuatan pelonggaran moneter sementara melihat dampak positif dan negatinya secara seimbang,” tutur Kuroda, seperti dikutip Bloomberg, Senin (5/11/2018).
Kendati Kuroda menilai akan lebih bijak bagi bank sentral untuk mencermati dampak dari stimulus longgar berkepanjangan tersebut, dia tetap menilai belum saatnya mengikuti jejak AS untuk menormaliasasi kebijakan dengan inflasi yang masih jauh dari target 2%.
Lebih lanjut, Kuroda menjelaskan, bank sentral telah mengakui bahwa perbankan regional di Jepang dapat terancam memasuki lingkungan buruk dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang, di mana bank akan kehabisan aset untuk dijual sebagai upaya menutupi kekurangan laba dari operasional pemberian pinjaman.
Namun, menurut Kuroda, keadaan tersebut hanyalah masalah struktural, sementara bank sentral harus menghadapi masalah lain yang lebih besar seperti berkurangnya populasi produktif dan melemahnya permintaan pendanaan.
“Masalah yang dihadapi [perbankan regional] itu struktural, sehingga langkah yang harus diambil juga harus struktural,” ujar Kuroda, sambil menambahkan bahwa merger dan integrasi bisnis merupakan beberapa pilihan yang dapat dipertimbangkan.
Adapun pernyataan dari Kuroda tersebut menunjukkan bahwa otoritas moneter Jepang akan menahan kenaikan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan dan hanya akan mengambil langkah minor untuk mengurangi efek negatif pelonggaran stimulusnya.
Adapun keberlanjutan pelonggaran stimulus moneter telah menjadi fokus perdebatan dalam rapat kebijakan BOJ pada September. Menurut risalah rapat kebijakan BOJ September 2018, hanya satu orang pejabat yang memperingatkan adanya batasan waktu implementasi program stimulus longgar.
“Satu anggota mengatakan ada ruang untuk membuat bingkai kerja kebijakan BOJ menjadi lebih fleksibel di masa depan [jika perekonomian terus berekspansi],” tulis risalah tersebut.
Di sisi lain, Kuroda justru menjelaskan bahwa keberlanjutan program stimulus longgar merupakan kunci untuk dapat menstimulasikan ekonomi tanpa mengganggu stabilitas sistem perbankan.
“Berbeda dari sebelumnya, Jepang sudah tidak lagi di masa membutuhkan kebijakan yang sangat menentukan dan berskala besar untuk menghadapi deflasi,” ujar Kuroda.