Bisnis.com, JAKARTA - Setelah beberapa hari dilanda suasana emosional, keluarga penumpang pesawat Lion Air JT-610 PK-LPQ berusaha ikhlas atas kejadian yang menimpa sanak saudara mereka.
Untuk bisa menerima apa yang sudah terjadi, keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 PK-LPQ harus menjalani perjuangan yang tak mudah. Di sisi lain, juga masih ada yang belum bisa mengabarkan kondisi sesungguhnya kepada anak dan famili mereka.
Hal tersebut diceritakan Kombes Pol Rudatin, Ketua Tim Polwan Pendampingan Keluarga DVI Polri, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (3/11/2018).
Polisi Wanita yang menjabat sebagai Ahli Utama Rumah Sakit Polri ini mengungkapkan beberapa kondisi keluarga penumpang Lion Air JT-610 di tempat posko pendampingan.
"Ada seorang anak, Ayahnya ada di sana [Lion Air JT-610] ibunya tidak bisa datang, pasti down dia, selama tiga hari masuk psikolog terus, setelah tiga hari ke psikolog dia masuk IGD, tapi kemarin sore dia sudah bisa tersenyum dan tertawa, [dia bilang] 'Bu, Alhamdulillah Bu, saya ikhlas," tutur Rudatin usai acara jumpa media Operasi DVI Polri Kecelakaan Pesawat Lion Air JT-610.
Rudatin menuturkan ada juga kisah keluarga penumpang yang belum menerima kondisi kehilangan keluarganya. Kemudian, salah satu pihak keluarga tersebut berangkat ke tempat kejadian perkara.
"Pada hari Jumat sore (3/11) dia datang ke saya [bilang] 'kalau memang seperti itu, ya saya mungkin harus menerima," kata Rudatin dengan nada menahan haru.
Rudatin juga menemui beberapa keluarga yang belum bisa menyampaikan kabar duka kepada keluarganya di daerah.
"Bahkan ada seorang ibu sampai saat ini belum menyampaikan ke anak-anaknya bahwa sang Ayah ada di sana [naik Lion Air JT-610]," lanjutnya.
Rudatin menambahkan kondisi psikologis keluarga penumpang Lion Air JT-610 bermacam-macam.
"Mereka di sana itu, ada yang kecewa, ada rasa sedih, ada yang ingin cepat [tahu informasi terbaru tentang Lion Air JT-610]," ungkapnya.
DVI Polri melibatkan 23 psikolog untuk mendampingi keluarga penumpang Lion Air JT-610 yang terdiri atas 11 orang dari Polri, Dinas Psikolog Angkatan Udara 5 orang, dan 7 orang dari Himpunan Psikologi DKI Jakarta.