Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi investasi sektor panas bumi sampai dengan kuartal ketiga tahun ini masih di bawah target.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi investasi panas bumi sampai kuartal III/2018 baru mencapai US$0,85 miliar atau 70% dari target, yakni US$1,2 miliar.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengakui investasi di sektor panas bumi sedikit melambat. Hal ini disebabkan adanya sejumlah penundaan jadwal pengeboran oleh pengembang.
"Di beberapa lokasi seperti Star Energy dan Pertamina ada penundaan pengeboran. Itu komponen investasi yang signifikan, ini yang buat capaian realisasi investasi melamban,"ujar Rida, akhir pekan lalu.
Alasan penundaan pengeboran disebabkan oleh beberapa hal, misalnya Pertamina menunda pengeboran karena sedang melakukan program hole cleaning (pembersihan lubang sumur) yang diyakini lebih efektif menambah uap dibandingkan dengan melakukan pengeboran baru.
Kemudian Star Energy memiliki pertimbangan lain menunda jadwal pengeboran. Diharapkan pelaksanaan pengeboran dapat dilakukan pada kuartal keempat tahun ini. Bila terealisasi, Rida optimistis target investasi panas bumi dapat tercapai.
Melambatnya investasi sektor panas bumi, juga mempengaruhi capaian investasi sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) secara keseluruhan. Hal ini disebabkan sektor panas bumi berkontribusi hampir 60% terhadap keseluruhan investasi EBTKE.
Data Kementerian ESDM menunjukkan realisasi investasi sektor EBTKE kuartal III/2018 baru mencapai US$1,16 miliar atau baru mencapai 57,7% dari target tahun ini, yakni US$2,01 miliar.
Selain disebabkan perlambatan investasi sektor panas bumi, investasi sektor EBTKE juga terhambat karena belum dikeluarkannya daftar penyedia terseleksi (DPT) untuk mengikuti proyek EBT dari PT PLN (Persero).
"Kami punya keyakinan investasi akan on track. Kalau bisa dikawal panas bumi ya mudah-mudahan target investasi bisa 70%-75%," kata Rida.