Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Zona Euro melambat ke level terendahnya dakan 2 tahun pada Oktober 2018 seiring dengan tekanan kinerja manufaktur yang terjadi akibat kekhawatiran dampak perselisihan dagang.
Data Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) Komposit untuk Zona Euro yang dirilis oleh IHS Markit menunjukkan pelemahan menjadi 52,7 pada Oktober, dari 54,1 pada bulan sebelumnya. Perolehan tersebut juga berada di bawah median ekonom yang disurvei Bloomberg.
IHSG Markit menilai pertumbuhan ekonomi yang melambat itu seiring dengan tekanan kinerja manufaktur.
“Laju pertumbuhan ekonomi Zona Euro tercatat lebih rendah pada Oktober, dengan PMI menunjukkan pelemahan hingga akhir tahun,” kata Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, seperti dikutip dari pernyataan, Rabu (24/10).
Williamson menjelaskan bahwa survei dari IHS Markit mengindikasikan pertumbuhan PDB Zona Euro bakal melambat menjadi 0,3% pada kuartal IV/2018.
Selain itu, Williamson menambahkan, pengukuran lainnya seperti pengukuran untuk ekspektasi di masa depan dan arus masuk bisnis baru, memperlihatkan momentum yang mulai memudar pada bulan-bulan mendatang.
Adapun, data PMI yang dirilis bertepatan sehari sebelum Bank Sentral Eropa (ECB) mengadakan rapat kebijakan pada 25 Oktober 2018 tersebut pun diperkirakan dapat menjadi pertimbangan bagi bank sentral yang ingin mengakhiri pembelian obligasi pada akhir tahun kendati tensi geopolitik dan tensi dagang terus meningkat.
Pelemahan tersebut tertekan dari sektor manufaktur, yang mana pertumbuhan hasil produksi bergerak dalam laju terlambatnya sejak Desember 2014.
Sementara itu, Jerman sebagai ekonomi terbesar di Zona Euro juga mengalami pelemahan tajam pertumbuhan manufaktur dan pengukuran komposit yang memperhitungkan sektor jasa turun ke level terendahnya dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Ekonom IHS Markit Phil Smith pun menilai data tersebut sangat tidak menyenangkan.
“Survei ini akan menjadi sentimen yang tidak menyenangkan bagi ECB. PMI telah jatuh ke tingkat yang secara historis konsisten dengan bias pelonggaran kebijakan moneter, untuk mencegah kemerosotan lebih lanjut dari pertumbuhan ekonomi,” kata Williamson.
Reaksi pasar pun semakin jelas dengan euro terdepresiasi ke level terendahnya dalam dua bulan terakhir. Adapun, euro terpantau melemah 0,5% menjadi US$1,1429 pada pukul 10.32 di Frankurt, Rabu (24/10).
“Ekonomi Zona Euro jelas sekali terpukul karena ketidakpastian dari perang dagang dan melemahnya momentum pertumbuhan global. Lemahnya data PMI juga menunjukkan bertambahnya risiko negatif untuk outlook pertumbuhan Zona Euro,” kata Jan von Gerich di Nordea.