Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) menilai lokasi kawasan terpadu kedirgantaraan (aerospace park) yang ideal harus berdekatan dengan Singapura.
Ketua Umum IAMSA Richard Budihadianto mengatakan Negeri Singa merupakan pusat dari industri penerbangan di kawasan regional. Perusahaan manufaktur baik komponen maupun mesin, serta pemasok besar mayoritas memiliki kantor representatif di negara tersebut.
"Kami sudah membuat kajian, salah satu yang penting adalah kalau bisa lokasi [aerospace park] dekat dengan Singapura," katanya, Senin (15/10/2018).
Dia menambahkan pengembangan aerospace park harus dipikirkan hingga 30 tahun--50 tahun ke depan. Adapun, lahan yang dibutuhkan tidak kurang dari 400 hektare dan sudah dalam kondisi siap bangun.
Pelaku industri juga menginginkan wilayah tersebut masuk sebagai free trade zone, di samping adanya pembebasan bea masuk dan tax holiday. Selain itu, perlu area yang terbatas agar bisa meningkatkan keamanan bagi penggunanya.
Kebutuhan air, listrik, dan gas, lanjutnya juga harus dipenuhi oleh pengembang aerospace park. Infrastruktur lain adalah ketersediaan landasan pacu (runway) dan jalur penghubung (taxiway) yang bisa digunakan oleh bermacam tipe pesawat komersial.
Menurutnya, pemain lokal tidak perlu terlalu ambisius untuk mengejar pasar. Cukup sebagai pelengkap atau komplementer dari MRO di Singapura yang diperoleh melalui kerja sama.
Richard menyebut melalui kerja sama, MRO dalam negeri diharapkan bisa menyediakan layanan dengan kualitas setara, tetapi harga bisa lebih rendah. "Dari situ, pelan-pelan kita bisa menarik pasar yang awalnya dikuasai oleh Singapura. Apalagi kita memiliki keunggulan dalam hal jumlah SDM dan luas lahan," ujarnya.