Bisnis.com, NUSA DUA — Menteri Keuangan (Menkeu) AS Steven Mnuchin menyampaikan bahwa Washington ingin menambahkan sejumlah syarat untuk menghalangi manipulasi mata uang dalam kesepakatan dagang selanjutnya.
Dia menegaskan hal itu dengan mengacu kepada bagian mata uang (currency chapter) yang ada dalam kesepakatan baru perjanjian dagang Amerika Utara, yang disepakati akhir bulan lalu. Mnuchin menambahkan Jepang tidak akan mendapat pengecualian dari aturan tersebut.
“Sasaran kami adalah isu mata uang… Kami akan memasukkannya ke dalam kesepakatan dagang ke depannya. Dengan semua [negara]. Saya tidak mengecualikan Jepang untuk itu,” ujarnya di sela-sela Annual Meeting IMF-World Bank Group (WBG) 2018 di Nusa Dua, Bali seperti dilansir Reuters, Minggu (14/10/2018).
Washington akan menggunakan bab tentang mata uang dalam kesepakatan baru AS-Meksiko-Kanada (US-Mexico-Canada Agreement/USMCA) sebagai model untuk membuat kesepakatan dagang yang menghalangi negara mitra melakukan manipulasi mata uang.
Pernyataan itu menimbulkan kekhawatiran di Jepang. Pasalnya, media lokal Negeri Sakura mempertanyakan kemampuan AS yang dapat melabeli suatu pasar valuta asing (valas) yang terkena intervensi.
Jepang khawatir karena posisi yen sebagai mata uang safe haven di Asia—yang memicu arus modal masuk ketika pasar tertekan—dapat dicurigai bakal diintervensi karena penguatan mata uang yen menyebabkan kerugian ekspor.
Sebelumnya, Mnuchin telah mengkritisi China akibat pelemahan nilai yuan baru-baru ini. Dia pun menyampaikan bahwa Washington ingin membuat isu mata uang menjadi bagian penting dalam setiap perundingan untuk menyelesaikan sengketa dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump juga sebelumnya sempat mengkritisi stimulus longgar yang diberlakukan oleh bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) yang dinilai dimaksudkan untuk memperlemah nilai tukar yen. Tuduhan ini ditolak oleh BOJ.