Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis pariwisata berbasis outbound diproyeksi lebih marak ketimbang inbound, seiring dengan kian kuatnya tren wisatawan nasional yang bepergian ke luar negeri.
Berdasarkan data Mastercard Future of Outbound Travel in Asia Pacific, dari 2016 hingga 2021, Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu negara dengan penduduk yang berwisata ke luar negeri (outbound) terbesar di Asia, yakni dengan rerata pertumbuhan 8,6% per tahun. Jumlah wisatawan nasional (wisnas) RI yang melakukan outbound pada 2021 ditaksir menembus 10,6 juta orang.
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, tren wisata outbound tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk (inbound) ke Tanah Air.
“Saya khawatir wisatawan yang outbound akan melebihi yang inbound. Untuk itu, perlu segera dilakukan diversifikasi destinasi wisata untuk menekan angka outbound,” ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Terlebih, sebutnya, harga tiket pesawat ke luar negeri tidak berbeda jauh dengan harga tiket pesawat rute domestik. “Tren sekarang orang lebih memilih menabung dibandingkan dengan belanja. Nabungnya ini biasanya digunakan untuk berlibur dan kecenderungannya memang ke luar negeri karena harga tiket yang lebih murah,” kata Faisal.
Berdasarkan laporan Mastercard Future of Outbound Travel in Asia Pacific, jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke Jepang pada 2017 mencapai 352.330 orang, yang didominasi oleh kunjungan untuk berwisata sebanyak 291.532 orang.
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah outbound ke Negeri Sakura meningkat hampir delapan kali lipat dibandingkan dengan realisasi pada 2007 yang hanya sebanyak 38.430 orang.
Menurut Faisal, Indonesia memiliki prospek pertumbuhan wisata outbound yang cerah karena masih rendahnya rasio pengeluaran untuk bepergian ke luar negeri dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga, yaitu hanya 10%. Bagaimanapun, rasio itu diprediksi naik menjadi 15,4% dalam 3 tahun ke depan.
Analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra menuturkan, perkembangan teknologi menjadi kunci dari pertumbuhan wisata outbound di Asia, khususnya Indonesia. Pasalnya, harga layanan transportasi menjadi semakin terjangkau berkat layanan teknologi.
“Di Indonesia sendiri, penetrasi pengguna internet yang memanfaatkan jasa travel online masih rendah, sehingga tingkat pertumbuhannya di masa mendatang diperkirakan semakin tinggi,” ucapnya.
DILIRIK INVESTOR
Menurutnya, kemajuan teknologi dan pertumbuhan wisata outbound ini membuat Indonesia dilirik oleh investor. Dia mencontohkan, pada 2017, agen perjalanan asal Jepang JTB Corporation mengakuisisi 30% saham Panorama Tours Indonesia milik PT Panorama Sentrawisata Tbk. senilai Rp370 miliar.
“Aksi ini mendorong penetrasi Panorama Tours di segmen wisata outbound ke Jepang. Tidak hanya pasar outbound, pasar wisata inbound juga menjadi pendorong investasi di sektor pariwisata,” tutur Haria.
Saat dihubungi terpisah, Direktur Korea Tourism Organization Andrew Jonghoon mengatakan, sepanjang tahun berjalan, turis Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan mencapai 265.000 orang, naik dari tahun lalu yang mencapai 230.837 wisatawan.
“Rerata turis Indonesia stay selama empat hari di Korea. Orang Indonesia menghabiskan uang US$13.000, atau lebih besar dibandingkan dengan pelancong lain dari Asia Tenggara. Indonesia dianggap menjadi salah satu pasar terbaik untuk pariwisata di Korsel,” tuturnya.
General Manager Operation Officer H.I.S Travel Indonesia Arief Kurnia juga menyebut RI menjadi pasar baik untuk pariwisata di Jepang. Pasalnya, jumlah turis Indonesia yang melancong ke Jepang tahun ini diperkirakan 400.000 orang, naik 30% dari tahun lalu.
“Orang yang ke Jepang tidak hanya sekali, dan mereka selalu mencoba destinasi berbeda di tiap kunjungannya,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan pemerintah tak khawatir peningkatan wisata outbound akan mengalahkan pertumbuhan wisata inbound.
“Cara untuk menarik wisman yakni memberikan harga khusus [tiket pesawat] saat low season atau peak hour. Itu sedang kami usahakan agar minat wisman dan wisnus banyak,” tutur Arief.
Wisnus yang Outbound (juta orang)
-------------------------------------
Tahun Jumlah
-------------------------------------
2014 8,24
2015 8,34
2016 8,31
2017 9,06
Semester I/2018 4,73
-------------------------------------
Wisman yang Inbound (juta orang)
-------------------------------------
Tahun Jumlah
-------------------------------------
2014 9,48
2015 9,79
2016 10,86
2017 12,19
Semester I/2018 6,15
-------------------------------------
Transaksi Sektor Perjalanan (miliar US$)
--------------------------------------------------------
Tahun Ekspor* Impor**
--------------------------------------------------------
2014 10,26 7,68
2015 10,76 7,29
2016 11,20 7,57
2017 12,50 8,290
Semester I/2018 6,62 3,83
--------------------------------------------------------
*) Ket: belanja wisman yang inbound ke Indonesia
**) Ket: belanja wisnus yang outbound ke luar negeri
Sumber: Bank Indonesia, diolah