Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan impor bahan bakar minyak kemungkinan sebagai kompensasi atas penurunan impor minyak mentah.
Selama ini, PT Pertamina mengimpor minyak mentah dan bahan bakar minyak (Premium, Solar, seri Pertamax, dan avtur).
Pertamina menargetkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada tahun ini bertumbuh 4%—5%. Namun, perseroan belum memberikan data terbaru realisasi konsumsi BBM.
Berdasarkan data Pertamina, impor gasolin sepanjang Januari–Agustus 2018 sebanyak 316.000 barel per hari (bph) naik 5,3% dari realiasi tahun lalu 300.000 bph.
Realisasi impor Solar pada Januari–Agustus 2018 tercatat 41.000bph naik 17% dibandingkan dengan realsiasi sepanjang 2017 sebesar 35.000 bph.
Impor avtur selama Januari—Agustus 2018 sebanyak 36.000 bph naik tipis dibandingkan dengan tahun lalu 35.000 bph.
Realisasi impor minyak mentah selama periode tersebut justru turun 2,5% menjadi 351.000 bph dibandingkan dengan realisasi tahun lalu sebesar 360.000 bph.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengakui bahwa konsumsi bahan bakar minyak (BBM) memang meningkat.
Menurutnya, sejauh ini rerata impor produk Pertamina sekitar 30% dari kebutuhan di dalam negeri. Dia enggan memberikan penjelasan detail soal nilai dan volume impor BBM.
"Karena ada dua faktor, impor crude dan kurs dolar. Satu sama lain saling berhubungan," katanya seusai rapat tertutup dengan Panja Migas Komisi VII DPR, Rabu (26/9).
Dalam rapat yang mengulas seputar realisasi impor minyak dan BBM serta rencana impor minyak Pertamina selama September—Desember 2018, Adiatma mengaku bahwa tidak dibicarakan mengenai proyeksi pengurangan impor selama periode tersebut.
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas’ud Hamid mengatakan bahwa pada tahun ini, target penjualan Solar Pertamina naik sekitar 4%—5%. Penjualan elpiji (liquefied petroleum gas/LPG) 3 kg diproyeksikan bertumbuh 5,5%. Menurutnya, target pertumbuhan itu masih digunakan menuju akhir tahun.
“Sebenarnya pertumbuhan LPG itu 5%, yang 0,5% itu migrasi dari minyak tanah.”
Pertumbuhan konsumsi LPG 3 kg dalam 3 tahun terakhir juga berada pada rentan pertumbuhan 4,7%—7,9%. Untuk tahun ini, Pertamina memprediksi konsumsi LPG 3 kg bertumbuh 5,2%.
Berdasarkan data BPH Migas, konsumsi Solar hingga akhir tahun ini diproyeksikan hanya 14,5 juta kiloliter (kl) di bawah kuota APBN 2018 sebanyak 15,62 juta kl. Konsumsi Premium diproyeksikan 10,6 juta kl di bawah kuota 11,8 juta kl.
Konsumsi Solar pada periode Januari–9 September 2018 sebanyak 10,24 juta kl atau 65,56% dari kuota 15,62 juta kl. Konsumsi Solar pada 2017 sebanyak 14,51 juta kl atau 94% dari kuota 15,5 juta kl. (David E. Issetiabudi)