Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Subsidi Solar Tahun Ini Membengkak Hingga 228,7%

Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan menambah pagu subsidi energi sebagai respons terhadap kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan pelemahan kurs rupiah mengerek besaran subsidi energi sampai dengan 57,8%.
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada kendaraan di SPBU Coco, Kuningan, Jakarta, Jumat (31/8/2018). Pemerintah melalui badan usaha penyedia BBM dan produsen bahan bakar nabati menerapkan program pelaksanaan kewajiban pencampuran penggunaan biodiesel sebanyak 20 persen pada BBM segera dilaksanakan mulai Sabtu (1/9/2018)./Antara-Aprillio Akbar
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar pada kendaraan di SPBU Coco, Kuningan, Jakarta, Jumat (31/8/2018). Pemerintah melalui badan usaha penyedia BBM dan produsen bahan bakar nabati menerapkan program pelaksanaan kewajiban pencampuran penggunaan biodiesel sebanyak 20 persen pada BBM segera dilaksanakan mulai Sabtu (1/9/2018)./Antara-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan menambah pagu subsidi energi sebagai respons terhadap kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan pelemahan kurs rupiah mengerek besaran subsidi energi sampai dengan 57,8%. Subsidi solar tercatat mengalami peningkatan terbesar yakni mencapai 228,7%  dari pagu awal. 

Dalam bahan paparan Kementerian Keuangan yang dikutip Bisnis, Kamis (20/9/2018), dengan penambahan anggaran subsidi terutama untuk subsidi solar dari Rp500 per liter menjadi Rp2.000 liter, outlook subsidi energi pada 2018 diperkirakan mencapai Rp163,3 triliun atau naik 57,8% dari pagu APBN 2018 sebesar Rp94,4 triliun.

Komposisi penyusun subsidi energi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 Kg serta subsidi listrik. Untuk subsidi BBM dan LPG 3 Kg, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan saat pagu APBN 2018 disahkan.

Alokasi subsidi BBM dan LPG sebelum dilakukan perubahan senilai Rp46,8 triliun, tetapi setelah dihitung dengan asumsi ICP senilai US$73 per barel dan kurs Rp13.973 per US$1, alokasi subsidi energi membengkak menjadi Rp103,4 triliun naik 45,2%.

Besaran subsidi energi tersebut dihitung oleh kenaikan alokasi anggaran untuk pos subsidi tertentu. Subsidi solar misalnya, kendati outlook konsumsinya hanya 14.000 kiloliter atau lebih rendah dari alokasi awal yakni 15.620 kiloliter, tetapi perubahan alokasi subsidi solar dari Rp500 per liter menjadi Rp2.000 per liter praktis menambah alokasi anggaran subsidi solar.

Dalam paparan tersebut pagu subsidi solar semula Rp7,8 triliun, setelah perubahan besaran subsidinya alokasi anggaran subsidi solar naik hampir 228,7% menjadi senilai Rp34,1 triliun atau terjadi penambahan anggaran sebesar Rp26,3 triliun dari pagu awal. Kenaikan serupa juga terjadi pada pagu subsidi minyak tanah yang naik dari Rp2,4 triliun menjadi Rp4,5 triliun.

Adapun outlook total subsidi BBM tertentu yang merupakan penggabungan antara subsidi solar dengan minyak tanah senilai Rp38,7 triliun atau naik hampir 263,5% dari pagu awal yang hanya Rp10,2 triliun.

Sementara itu untuk subsidi LPG 3 Kg juga terjadi peningkatan yakni dari Rp41,5 triliun menjadi Rp69,7 triliun. Total outlook subsidi BBM dan LPG 3 Kg sebelum dikurangi dengan carry over sebesar Rp5 triliun senilai Rp108,4 triliun. Namun setelah dikurangi carry over turun menjadi Rp103,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper