Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memperkenalkan sejumlah paket reformasi untuk menopang perekonomian yang terkena resesi kepada pebisnis dan pemimpin buruh.
Paket kebijakan yang telah diadopsi oleh kabinetnya tersebut bertujuan untuk menjaga keyakinan sektorral yang sempat goyah akibat ketidakpastian aturan, di antaranya sektor pertambangan, telekonumikasi, pariwisata dan transportasi.
“Aturan ini akan mengukur ulang prioritas anggaran pemerintah di dalam bingkai kerja fiskal saat ini, agar aktivitas ekonomi dapat bergairah,” kata Presiden Ramaphosa lewat pernyataan surat elektronik, seperti dikutip Bloomberg, Senin (17/9/2018).
Adapun Ramaphosa telah mengumumkan beberapa inti dari rencananya tersebut ada 14 September 2018 di dalam pertemuan yang dihadiri oleh kepala kelompok pebisnis, CEO, dan federasi buruh.
Selanjutnya, Menteri Keuangan Afrika Selatan Nhlanhla Nene menyampaikan, paket kebijakan yang telah utuh sepenuhnya akan diumumkan pada rapat anggaran paruh waktu pada 24 Oktober 2018.
Sejauh ini, perekonomian Afrika Selatan telah merosot selama dua kuartal berturut-turut. Indeks keyakinan bisnisnya pun telah turun ke level terendah bahkan sejak Jacob Zuma masih menjabat presiden Afsel.
Perusahaan pemeringkat utang Moody’s Investor Service juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Afsel untuk tahun ini setelah pengumuman dari Ramaphosa tersebut.
Moody’s menilai, paket kebijakan itu akan menambah beban ke dalam kebijakan fiskal Afsel.
Sementara itu, optimisme untuk ekonomi Afsel juga berkurang karena reformasi itu tidak diimplementasikan dengan cepat sementara gejolak pasar keuangan negara berkembang dari tensi dagang antara AS dan China terus merusak sentimen.