Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Jepang tumbuh dengan laju tercepat dalam lebih dari dua tahun terakhir pada kuartal kedua, dengan peningkatan tajam dalam investasi bisnis yang memberikan momentum tambahan saat ini.
Berdasarkan data kantor kabinet Jepang, Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II/2018 tercatat meningkat 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan lebih tinggi dari perkiraan sebesar 2,6%. Dibandingkan dengan kuartal I/2018, angka PDB itu tumbuh sebesar 0,7%, sejalan dengan estimasi analis.
Dilansir Bloomberg, dorongan belanja modal menunjukkan optimisme yang terus berlanjut dalam prospek pertumbuhan, meskipun ketegangan perdagangan global memasan. Ancaman terhadap perdagangan global dari tarif impor dari Presiden Donald Trump atas barang-barang China menjadi risiko besar bagi pabrikan Jepang yang berfokus ekspor.
Investasi bisnis yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal kedua sebagian terdiri dari pengeluaran untuk peralatan yang menghemat tenaga kerja karena perusahaan mencari cara untuk mengatasi kekurangan pekerja saat ini seiring dengan penurunan pertumbuhan penduduk.
"Data pertumbuhan PDB menunjukkan bahwa semuanya berjalan baik sampai titik ini, tetapi ekonomi Jepang secara bertahap memasuki periode meningkatnya ketidakpastian," kata Kyohei Morita, kepala ekonom Jepang di Credit Agricole Securities Asia, seperti dikutip Bloomberg.
Perdana Menteri Shinzo Abe, yang diperkirakan akan memenangkan pemilihan kembali sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa pekan depan, telah berjanji untuk melanjutkan pajak.
Baca Juga
Morita mengatakan hampir pasti bahwa Abe akan melakukan setiap langkah dan menyusun paket fiskal untuk mencegah ekonomi dalam negeri terdampak besar oleh pengaruh global.
Investasi bisnis yang direvisi tercatat tumbuh 3,1% pada kuartal kedua, ekspansi tercepat dalam lebih dari tiga tahun dan berada di atas perkiraan sebesar 2,8% dan angka sebelum revisi sebesar 1,3%. Kontribusi investasi bisnis terhadap pertumbuhan adalah yang terbesar sejak kuartal pertama 2015.
Sementara itu, konsumsi swasta tumbuh 0,7%, sejalan dengan estimasi analis.