Bisnis.com, JAKARTA – Akibat pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat, pengembang di Indonesia terancam menunda pembangunan seiring dengan kenaikan harga material.
CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda mengatakan efek pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan banyak berdampak pada properti jika segera diatasi oleh pemerintah. Dia hanya mengingatkan, jika kondisi pelemahan ini bertahan 3-6 bulan ke depan, pasti akan berdampak terhadap kenaikan harga material dan menyulitkan proses pembangunan.
“Jika kondisi ini bertahan terus 3-6 bulan ke depan, ini akan berdampak terhadpa kenaikan harga material yang menggunakan bahan impor seperti alumunium, kaca, besi, baja, termasuk sanitair,” kata Ali kepada Bisnis, Rabu (5/9/2018).
Sebagai informasi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan tidak ada proyek infrastruktur di bawah koordinasi kementeriannya yang ditunda akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
Dia menyatakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) komponen di dalam proyek-proyek infrastruktur yang merupakan wewenang Kementerian PUPR mencapai 96%. Ada pun 4% sisanya merupakan komponen impor.
Dengan kondisi demikian, pemerintah berencana menunda sejumlah proyek yang memiliki komponen impor besar atau TKDN kecil. Besarnya impor itu menyebabkan defisit transaksi berjalan yang pada akhirnya mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. Sementara itu jumlah komponen yang diimpor untuk proyek infrastruktur relatif kecil.
Baca Juga
Pada Rabu, (5/9/2018) nilai tukar rupiah menembus level Rp14.900 terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat tipis ke 0,01% ke posisi Rp14.933 per dolar AS pada pukul 10.41 WIB.