Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengingatkan pentingnya penerapan tiga unsur konservasi dalam kehidupan manusia.
Ketiga unsur konservasi yang dimaksud tersebut adalah melindungi sistem penopang kehidupan, pengawetan sumber daya genetik, dan pemanfaatan alam secara lestari.
"Apa yang penting adalah pertama kita ingin mengingatkan, dan selalu ingat, bahwa unsur konservasi yaitu ada tiga,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (31/8/2018).
Sebagai negara yang dikenal dengan potensi keanekaragaman hayati (kehati) tinggi, menurut LIPI, di Indonesia terdapat 720 jenis mamalia (13% dari jumlah jenis dunia), 1.605 jenis burung (16% jumlah jenis dunia), 723 jenis reptilia, 1.900 jenis kupu-kupu, 1.248 jenis ikan air tawar, dan 3.476 jenis ikan air laut. Jumlah itu belum termasuk jenis-jenis invertebrata seperti udang, kepiting, laba-laba, dan serangga lainnya.
Menteri Siti menyadari, ancaman terhadap keberadaan kehati merupakan tantangan yang harus dihadapi, dan untuk itu KLHK telah melakukan berbagai upaya penegakan hukum. Menteri Siti juga mengarahkan agar konsep pengembangan kawasan konservasi di Indonesia, dapat mendukung pusat-pusat pertumbuhan daerah.
"Hal ini juga tidak mudah untuk dilakuan, dalam menyusun aturan, dan kebijakan sumber daya alam, tentu akan berhasil jika ada dukungan dari komunitas, maka harmonisasi perlu dilakukan, antara menjaga kelestarian, juga sekaligus pertumbuhan ekonomi bisa dijalankan. Provinsi Sulawesi Utara termasuk berhasil untuk itu", ujarnya.
Siti menyebutkan, Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh pada 10 Agustus menjadi momen untuk mengingatkan seluruh pihak, akan pentingnya partisipasi, dan menjaga kearifan lokal dalam menghadapi berbagai tantangan konservasi saat ini.
Dia melanjutkan, sesungguhnya unsur alam dan budaya telah lama menyatu dalam kehidupan masyarakat Indonesia, berupa pantangan dan larangan yang disampaikan para leluhur untuk tidak melakukan kerusakan terhadap alam.
Dicontohkannya, sewaktu kecil, beliau dilarang oleh nenek, untuk bermain api di halaman rumah. Begitu pula dengan kebiasaan masyarakat lokal yang menggunakan berbagai tanaman sebagai obat, merupakan salah satu wujud harmonisasi alam dan budaya.
"Banyak sebetulnya catatan alam yang masuk ke budaya kita, dan ke dalam keseharian kita", terangnya.
Menteri Siti juga menekankan, pentingnya alam dan budaya dalam unsur-unsur bahasa, pengetahuan, sistem organisasi sosial, pemanfaatan alat dan teknologi, mata pencaharian dan kesenian.
Tidak hanya itu, Menteri Siti juga menyampaikan bahwa Pemerintah sangat peduli terhadap kondisi penurunan populasi satwa Yaki (Macaca nigra) sebesar kurang lebih 80%, akibat perburuan dan gangguan habitat. Oleh karena itu, satwa Yaki menjadi simbol HKAN 2018, sebagai bentuk dukungan terhadap konservasi terhadap satwa endemik Sulawesi Utara ini.
Sementara itu, Menko Darmin menyampaikan perlunya integrasi pengetahuan yang lebih dalam, kerjasama pemerintah pusat dan daerah, serta peran serta masyarakat dalam upaya konservasi.
"Tanpa peran serta masyarakat, konservasi tidak akan berhasil dengan baik. Masyarakat harus bisa menjadi subjek dan pemain utama, dalam mewujudkan harmonisasi dan pelestarian antara lingkungan dengan budaya", tuturnya.
Menko Darmin juga menyarankan agar kebudayaan dan kesenian senantiasa dimanfaatkan masyarakat, sebagai sarana penyampaian ide-ide membangun kesadaran, dalam menjaga lingkungan dan konservasi.