Bisnis.com, JAKARTA -- Laporan terbaru McKinsey berjudul The Digital Archipelago: How Online Commerce is Driving Indonesia's Economic Development memproyeksi nilai pasar e-commerce di Indonesia mampu menyentuh US$55 miliar-US$65 miliar pada 2022.
Proyeksi tersebut setara dengan pertumbuhan delapan kali lipat transaksi e-commerce di dalam negeri yang mencapai US$8 miliar sepanjang 2017.
Asumsi pertumbuhan itu didorong oleh beberapa faktor, yaitu terus tumbuhnya tingkat penetrasi pengguna smartphone, asumsi berlanjutnya penguatan fundamental daya beli masyarakat Indonesia, dan adopsi teknologi masyarakat yang relatif cepat.
Meski demikian, masih terdapat beberapa tantangan untuk mengakselerasi pengembangan ekosistem e-commerce di Indonesia yaitu kurangnya akses logistik serta infrastruktur pembayaran non tunai.
Presiden Direktur McKinsey Indonesia Phillia Wibowo menyatakan proyeksi tersebut merupakan gabungan nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) pembelian barang yang terjadi melalui platform e-commerce formal dan socio commerce.
Perkiraan nilai transaksi yang terjadi melalui platform e-commerce formal mencapai US$40 miliar. Adapun nilai transaksi socio commerce atau yang biasa dilakukan melalui Instagram, Facebook, dan sebagainya dapat mencapai US$15 miliar-US$25 miliar.
Sementara itu, tingkat penetrasi e-commerce pada lima tahun mendatang diperkirakan dapat mencapai 17%-30% terhadap keseluruhan transaksi ritel. Angka itu melejit signifikan dibanding saat ini yang masih sebesar 5%.
"Dengan leapfrog yang terjadi pada online commerce, ada beberapa manfaat ekonomi yang dapat dirasakan Indonesia," paparnya di Jakarta, Rabu (29/8/2018).
Phillia mengungkapkan setidaknya terdapat beberapa manfaat ekonomi dari pesatnya pertumbuhan ekosistem perdagangan daring Indonesia. Pertama, meningkatkan efisiensi sekaligus menekan disparitas harga barang di luar Jawa sebesar 15%-25%.
Kedua, membuka akses ekspor bagi barang industri kreatif. Kanal perdagangan daring diperkirakan dapat menyumbang kontribusi ekspor sekitar US$26 miliar pada 2022.
Ketiga, membuka kesempatan kerja bagi 26 juta orang. McKinsey mencatat sektor tersebut menyerap sedikitnya 4 juta tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, mencakup pekerja platform e-commerce, jasa logistik, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Di samping itu, pertumbuhan pasar e-commerce turut mendorong tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Lembaga tersebut memperkirakan usaha yang dimiliki perempuan dapat berkontribusi sebesar 35% terhadap total penjualan daring lima tahun mendatang.