Bisnis.com, JAKARTA--Walaupun realisasi di sektor manufaktur mengalami kontraksi pada semester I/2018, beberapa sub sektor industri masih menjadi penyumbang utama, baik untuk penanaman modal dalam negeri maupun asing.
Merujuk data yang dirilis hari ini oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri makanan tercatat sebagai penyumbang realisasi PMDN terbesar kedua, setelah transportasi, gudang, dan telekomunikasi, senilai Rp21,92 triliun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp21,63 triliun.
Selain industri makanan, industri kimia dan farmasi berada di posisi ketujuh dengan realisasi investasi senilai Rp6,48 triliun, disusul oleh industri logam, mesin, dan elektronik senilai Rp5,86 triliun.
Untuk PMA, industri logam, mesin, dan elektronik juga menjadi kontributor terbesar kedua dengan nilai realisasi investasi US$2,23 miliar, tumbuh 2,84% secara tahunan dari US$2,17 miliar. Industri kimia dan farmasi berada di posisi kelima dengan nilai realisasi penanaman modal US$1,06 miliar.
Mohammad Faisal, Direktur Penelitian CORE Indonesia, mengatakan secara struktural, industri pengolahan dalam negeri memang didominasi oleh sektor-sektor yang permintaan dalam negerinya besar.
"Industri makanan, logam, dan farmasi itu survive karena mengandalkan pasar lokal, demand dalam negeri kuat. Kalau ada goncangan di sektor manufaktur, industri-industri itu tidak terlalu terpengaruh," katanya,Selasa (14/8/2018).