Bisnis.com, JAKARTA -- Pengusaha kepala sawit nasional mengaku telah 100% mengonversi Devisa Hasil Ekspor ke rupiah.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan pengusaha mengekspor produk kelapa sawit 75% dan sisanya dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO).
"Produk sawit dan CPO perlu raw material sehingga kami membeli banyak minyak sawit dan Tandan Buah Segar (TBS) yang harus dibayar dengan rupiah," ujarnya, Rabu (8/8/2018).
Togar menegaskan industri sawit Tanah Air masih menjadi penyumbang devisa terbesar. Namun, dia mengakui akibat hambatan dagang yang terkait dengan pajak ekspor di beberapa negara, seperti India dan Eropa, ekspor CPO dan turunannya tengah mengalami penyusutan.
Tren penurunan disebut terlihat pada Januari-Juli 2018 dan Gapki memproyeksi kondisi ini masih bakal berlanjut sekitar 5%.
"Artinya, kalau kita lihat sawit menyumbang devisa terbesar, tahun ini kita melihat tidak sebesar seperti tahun lalu. Ini juga yang mempengaruhi neraca perdagangan kita," terangnya.
Saat ini, pemerintah tengah berupaya menarik Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke dalam negeri dan mengonversinya ke rupiah dari dolar AS serta mata uang lainnya. Hal ini dilakukan untuk memperkuat cadangan devisa serta mempersempit defisit transaksi berjalan.
Selama ini, hanya 15%-25% DHE yang dikonversi ke rupiah. Berdasarkan catatan Bisnis, dengan asumsi ekspor non migas per tahun mencapai US$13,3 miliar, maka dengan konversi ke rupiah hingga 60% saja potensi DHE bisa mencapai US$7,9 miliar atau setara dengan Rp113,7 triliun (kurs Rp14.400).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel