Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TKA dari China di Morowali: Mereka Ada, tetapi Tidak Menguasai

Memasuki kompleks kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) banyak terpampang informasi di spanduk-spanduk menggunakan berbahasa Mandarin.
Pekerja di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park telah menyelesaikan jam kerjanya./David E. Issetiabudi
Pekerja di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park telah menyelesaikan jam kerjanya./David E. Issetiabudi

Bisnis.com, MOROWALI - Memasuki kompleks kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) banyak terpampang informasi di spanduk-spanduk menggunakan berbahasa Mandarin.

Hampir setiap informasi tentang keselamatan kerja, rambu lalu lintas, nama gedung dan lainnya dilengkapi dengan huruf Han Zi. Setidaknya itulah hasil pengamatan Bisnis, saat meninjau langsung kawasan terintegrasi logam berbasis nikel pertama di Indonesia ini.

Dalam kawasan IMIP, setidaknya dihuni oleh 16 perusahaan yang bergerak di bidang smelter, pembangkit listrik, tambang hingga pelabuhan.

Berdasarkan data IMIP per 31 Juli 2018, estimasi tenaga kerja yang terserap dalam industri pendukung kawasan IMIP (kontraktor, supplier) berjumlah sekitar 53.594 pekerja.

Khusus tenaga kerja lokal yang bekerja langsung di kawasan IMIP tercatat 25.447 orang, sementara tenaga kerja asing asal China sebanyak 3.121 orang. Jika melihat banyaknya pekerja asal Negeri Panda yang menjagi sesuap nasi di kawasan ini, maka wajar semua imformasi perlu juga menggunakan bahasa Mandarin.

Dari komposisi tenaga kerja yang ada, maka dapat disimpulkan sebanyak 12,26% tenaga kerja asing bekerja di kawasan IMIP. Dalam pengamatan Bisnis, terlihat jenis pekerjaan yang digeluti TKA China berbeda dengan yang dilakukan tenaga kerja lokal.

TKA China menggeluti pekerjaan seperti operator alat berat pengangkut feronikel, truk besar ataupun kendaraan yang posisi kemudinya di sebelah kiri. Tampak pula, sebagai mandor las ataupun supervisor.

Untuk pekerjaan kasar, supir truk pengangkut batu bara, sudah menggunakan tenaga lokal.

Jika ada anggapan bahwa banyak pekerja asing yang datang ke Morowali, memang tidak bisa ditampik. Akan tetapi, rasanya tidak benar jika jumlahnya sampai ratusan ribu atau bahkan jutaan.

Dalam sebuah sesi diskusi, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park Alexander Barus membeberkan banyak hal terkait isu TKA China ini. Alex menargetkan hingga perkembangan kawasan industri terintegrasi ini rampung, TKA yang terlibat tidak lebih dari 10%. Untuk saat ini, pihaknya merasa wajar menggunakan TKA China, mengingat investasi yang ada di Morowali ini melibatkan investor China.

"Ibarat kata, kalau kita beli AC, siapa yang memasang?. Smelter nikel kita ini, yang terbesar dalam satu tempat dan pertama di Indonesia, mereka sudah punya pengalaman," ungkapnya di Kantor IMIP, Morowali, Senin (6/8/2018).

Dia pun menampik jika ada perlakuan khusus yang diberikan bagi TKA China. Lalu Alex mencontohkan, biaya sekali makan pekerja lokal dan China tidak berbeda. Adapun, jika dapur umumnya dipisahkan, itu hanya karena jenis makanannya berbeda.

Perusahaan pun menjelaskan terkait penggunaan TKA China. Pertama, penggunaan tenaga kerja untuk mengerjakan proyek. Pekerja proyek yang dimaksud adalah pekerjaan konstruksi smelter, pembangkit listrik dan lainnya.

Direktur HRD PT IMIP Zulkifli Arman mengatakan untuk masa pengerjaan proyek lebih cepat selesai, sehingga TKA China lebih cepat kembali ke negaranya.

Kedua, TKA untuk kebutuhan operasional. "Nah ini yang biasanya lebih lama, karena perlu ada transfer teknologi dan pendampingan di situ," ujarnya.

Jika boleh membandingkan, lanjut Alex, etos kerja TKA China memang lebih unggul. Mereka, tidak keberatan untuk melakukan jam lembur untuk mengerjakan sebuah proyek. Menurutnya, tingginya tenaga kerja asing yang bekerja di kawasan tidak akan menyandera masa depan operasional kawasan integrasi yang mengolah biji nikel hingga menjadi stainless steel.

"Kami yakin ketahanan tenaga kerja lokal ke depan lebih baik. Sekarang kami perlu ribuan pekerja, jika mau jujur, apakah orang melirik Morowali sebagai tempat kerjanya?" tambahnya.

Dalam proyeksi ke depan, kawasan ini setidaknya memerlukan tenaga kerja primer mencapai 32.000 orang pada 2020. Sementara, proyeksi jumlah karyawan yang direkrut setiap tahun berjalana di kawasan IMIP sekitar 11.500 orang pada 2018, 1.500 oramg pada 2019, dan 500 orang pada 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper