Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mondelez: Industri Mamin Berbasis Cokelat di Indonesia Makin Menjanjikan

Pertumbuhan dua digit Mondelez Indonesia membuktikan cukup pesatnya pertumbuhan industri makanan minuman berbasis coklat di Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan dua digit Mondelez Indonesia membuktikan cukup pesatnya pertumbuhan industri makanan minuman berbasis cokelat di Indonesia.

"Kami memang masih baru, belum menjadi market leader, tetapi pertumbuhan kami cukup pesat," kata Sachin Prasad President Director Mondelez Indonesia, di Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Dia menjelaskan, konsumsi cokelat Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal tersebut memberi sinyal bahwa usaha cokelat di Indonesia masih mempunyai ruang yang sangat lebar untuk ekspansi.

Konsumsi cokelat di Inggris mencapai 6kg per kapita, Swiss mencapai 8,8kg per kapita, Malaysia mencapai 1,1kg per kapita, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,4kg per kapita. "Jadi, kami rasa masih banyak sekali potensi untuk tumbuh," katanya.

Hanya saja, konsumsi cokelat bukan hal yang harus dipaksakan. Dia mengatakan, konsumsi cokelat harus mengikuti siklus kehidupan dari masyarakatnya, dan dengan semakin dininya konsumsi cokelat di kalangan anak-anak, menggambarkan bahwa cokelat akan semakin banyak digemari di beberapa tahun berikutnya.

"Kalau kecil dia sudah suka cokelat, setelah besar dia tidak akan pernah lupa dengan cokelat," katanya.

Untuk dapat menjawab permintaan yang diprediksikan meningkat tersebut, Mondelez Indonesia memiliki tiga strategi, yakni peningkatan kualitas cokelat, penyesuaian dengan cita rasa masyarakat, dan penyesuaian harga.

"Tugas kami hanya perlu membuat satu produk yang benar-benar relevan untuk Indonesia, ketika itu selesai, kami mempunyai alasan untuk bertahan lebih lama, berinvestasi lebih banyak, dan membuka lapangan kerja," tuturnya.

Adapun, di Indonesia, cokelat merupakan kategori camilan terfavorit dengan urutan keempat setelah pastry, biskuit, dan permen dengan pangsa pasar hingga US$776 juta, atau sekitar Rp11,2 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper