Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2018, Industri Kreatif Diharapkan Sumbang RP1.000 Triliun ke PDB

 Badan Ekonomi Kreatif optimistis sumbangan industri kreatif terhadap produk domestik bruto tahun ini dapat menembus lebih dari Rp1.000 triliun, seiring dengan perbaikan struktur ekonomi domestik.
Logo Badan Ekonomi Kreatif. / Bisnis
Logo Badan Ekonomi Kreatif. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Ekonomi Kreatif optimistis sumbangan industri kreatif terhadap produk domestik bruto tahun ini dapat menembus lebih dari Rp1.000 triliun, seiring dengan perbaikan struktur ekonomi domestik.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, sumbangan industri kreatif Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2016 mencapai Rp922 triliun, dengan rata-rata kenaikan per tahun mencapai Rp70 triliun.

“Kami optimistis, ekonomi tumbuh bagus, [sehingga tambahan kontribusi industri kreatif terhadap PDB bisa mencapai] Rp70 triliun per tahun, dan pada 2018 ini akan tembus lebih Rp1.000 triliun," katanya, Rabu (1/8).

Dia memerinci, sumbangan PDB dari industri kreatif didominasi oleh subsektor kuliner (Rp382 triliun), fesyen (Rp166 triliun), dan kriya (Rp142 triliun). Rerata pertumbuhan ketiga subsektor tersebut mencapai lebih dari 9%, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun menambahkan, selama 2017 dan 2018, subsektor film animasi, fotografi, dan periklanan akan mampu berkontribusi lebih banyak terhadap PDB.

Pasalnya, performa ketiga subsektor tersebut kian moncer, terdorong oleh permintaan musiman dari banyaknya program seperti Pilkada Serentak dan Pilpres. "Jadi saya rasa juga angka Rp1.000 itu sangat masuk akal [untuk dicapai]," tuturnya.

Meski pertumbuhan industri kreatif sudah sangat baik dalam beberapa tahun terakhir, kurator seni Amir Sidharta berpendapat masih banyak problematika yang seharusnya bisa diselesaikan oleh pemerintah.

Misalnya, di subsektor perfilman. Dia mengeluhkan rantai pasok yang tidak efisien membuat film nasional tidak mempunyai kesempatan yang banyak untuk berkembang.

"Indsutri [perfilman] ini tidak bisa berdiri sendiri, harus diberi kesempatan untuk muncul di biokop lebih lama. Kami mengerti ada segi ekonomis yang dikejar, tetapi kalau tidak didukung, bagaimana bisa berkembang," tuturnya.

Contoh lainnya adalah dari subsektor seni rupa. Amir berharap pemerintah dapat menurunkan bea masuk untuk pembelian karya seni dari luar negeri. Hal tersebut bukan ditujukan untuk menurunkan daya saing seni rupa dalam negeri, tetapi untuk meningkatkan mutu dari seni rupa nasional. 

"Kalau karya seni dari luar masuk lebih mudah, seniman kita bisa belajar lebih banyak, dan kita akan lebih mudah membuat festival seni bertaraf internasional," tuturnya.

Berdasarkan data Bekraf pada 2016, jumlah usaha di subsektor film animasi dan video mencapai 2.418 unit, seni rupa mencapai 17.044 unit, dan seni pertunjukan mencapai 19.772 unit. Adapun, total usaha industri kreatif mencapai 8,20 juta unit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper