Bisnis.com, JAKARTA – Jepang tidak menampik lokasi Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, akan lebih menguntungkan perusahaan-perusahaan Negeri Matahari Terbit.
Namun, Japanese Embassy Minister for Economic Affairs Mari Takada berharap Indonesia dapat memetik keuntungan dari keberadaan calon pelabuhan hub itu.
Mari Takada mengemukakan Patimban akan memuluskan ekspor hasil produksi pabrik-pabrik yang didirikan investor Jepang di sekitar lokasi pelabuhan dan impor barang yang dibutuhkan perusahaan itu.
"Namun, kami berharap itu bisa berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia," ujarnya seusai penandatanganan kontrak pembangunan Pelabuhan Patimban fase I paket 1 oleh konsorsium Penta Ocean, Toa, Rinkai Wijaya Karya, dan PT Pembangunan Perumahan selaku kontraktor dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), pada Jumat (27/7/2018).
Banyak perusahaan Negeri Matahari Terbit mendirikan pabrik manufaktur di Cikarang (Kabupaten Bekasi), Karawang, dan Purwakarta, yang jaraknya di bawah 150 km ke Patimban. Perusahaan-perusahaan itu a.l. memproduksi otomotif dan komponennya, elektronik, serta makanan dan minuman.
Menurut Takada, Patimban memiliki keunggulan yakni dapat mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di sepanjang jalur barang menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Soal kans konsorsium Jepang dalam lelang operator Patimban, Takada menolak berkomentar banyak. "Mengenai pengoperasian, Pemerintah Jepang dan Indonesia sepakat bekerja sama, melakukan operasi bersama. Kami berharap swasta Indonesia terlibat."
Sejumlah perusahaan, baik swasta nasional murni maupun BUMN, berminat menjadi operator pelabuhan yang masuk dalam proyek strategis nasional itu.
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II sudah menyiapkan Rp2 triliun sebagai syarat modal menjadi operator Patimban. PT Samudera Indonesia Tbk. dan PT Astratel Nusantara atau Astra Infra tercatat sudah memasukkan surat kepeminatan (letter of intent) kepada panitia lelang di Kemenhub.
Indonesia dan Jepang bersepakat untuk mengoperasikan bersama Patimban dalam suatu konsorsium yang di dalamnya perusahaan Indonesia menguasai 51% saham, sedangkan perusahaan Jepang menggenggam 49% saham.