Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERANG DAGANG: China Siap Kenakan Tarif Untuk Jagung & Kedelai AS

Tensi perdagangan antara AS dan China kembali meningkat setelah pasar terbesar Asia itu menyatakan akan menindaklanjuti rencana untuk mengenakan tarif terhadap berbagai barang pertanian Amerika termasuk kedelai dan jagung.
Ilustrasi/ANTARA-Zabur Karuru
Ilustrasi/ANTARA-Zabur Karuru

Bisnis.com, BEIJING - Tensi perdagangan antara AS dan China kembali meningkat setelah pasar terbesar Asia itu menyatakan akan menindaklanjuti rencana untuk mengenakan tarif terhadap berbagai barang pertanian Amerika termasuk kedelai dan jagung.

Departemen Keuangan China seperti dilansir Bloomberg pada Sabtu (16/6/2018), menyatakan bahwa tambahan tarif 25% akan dikenakan pada produk impor asal AS dengan nilai total diperkirakan mencapai US$50 miliar.

Tarif sekitar US$34 miliar dari impor tersebut akan mulai 6 Juli, meliputi produk pertanian termasuk: kedelai, jagung, gandum, kapas, beras, sorgum, daging sapi, babi, unggas, ikan, produk susu, kacang-kacangan dan sayuran.

Komoditas pertanian telah menjadi medan pertempuran utama dalam perang perdagangan yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia itu.

China sebelumnya mengumumkan rencana untuk memaksakan 25% pajak pada produk yang mencakup kedelai, gandum, jagung, sorgum, kapas dan daging sapi sebagai tanggapan atas tarif yang dikenakan AS.

Pada April, China mulai mengenakan pajak tambahan pada buah, kacang, daging babi dan anggur Amerika. .

Pada 2017, impor pertanian China dari AS bernilai US$24,1 miliar, atau sekitar 19% dari total impor pertanian negeri itu yang senilai US$125,86 miliar, menurut data Kementerian Pertanian dan Pedesaan.

KEDELAI

Negeri tirai bambu adalah importir terbesar di dunia dan pembeli terbesar AS untuk kedelai.  Namun, China tahun lalu membeli lebih banyak kedelai dari Brazil. Bea impor yang ada adalah 3%.

China merupakan produsen daging babi terbesar di dunia dan konsumen dan industrinya bergantung pada bungkil kedelai—produk penggilingan kedelai—sebagai pakan utama. Meningkatnya biaya untuk risiko petani babi meningkatkan harga daging babi, salah satu komponen utama indeks harga konsumen negara itu.

JAGUNG

Impor jagung China dari AS melonjak hampir 240% tahun lalu menjadi sekitar 757.000 ton, senilai $ 160 juta, menurut data bea cukai. Itu dibandingkan dengan 1,8 juta ton yang diimpor dari Ukraina. Total impor 2,8 juta ton pada tahun 2017, jauh di bawah 7,2 juta ton kuota tarif tarif rendahnya.

Impor jagung dalam kuota dikenakan bea masuk 1%. Produsen dan konsumen jagung terbesar kedua di dunia telah bergulat dengan limpahan yang mendorong pemerintah untuk mendorong output domestik yang lebih rendah dan meningkatkan penggunaan biji-bijian.

Pembeli China juga mulai mewaspadai jagung AS karena biji-bijian yang dimodifikasi secara genetik kadang-kadang datang di luar pengawasan pihak berwenang.

GANDUM

China adalah konsumen dan pembelian gandum terbesar di dunia dari AS, naik 80% tahun lalu menjadi 1,6 juta ton senilai US$391 juta. Itu dibandingkan dengan 1,9 juta ton yang diimpor dari Australia. Negara ini belum mengeluarkan kuota impor tarif rendah penuhnya sebesar 9,6 juta ton tahun ini karena produsen terbesar dunia mencari kecukupan sendiri dalam bahan pokok. Impor gandum di-kuota dikenakan bea 1%.

DAGING

China adalah salah satu pasar impor daging sapi yang tumbuh paling cepat di dunia karena steak gaya barat menjadi lebih populer di kalangan konsumen kelas menengah dan keterbatasan lahan membatasi pasokan domestik.

China baru mulai membeli daging sapi AS lagi tahun lalu setelah melarang impor pada 2003 ketika seekor sapi di negara bagian Washington ditemukan terjangkit penyakit sapi gila.

Dalam enam bulan setelah pe0larangan dicabut, China membeli US$31 juta daging sapi asal AS. Departemen Pertanian AS (USDA) memperkirakan bahwa total impor daging sapi China akan mencapai 1 juta ton pada 2018, dibandingkan dengan 974.000 ton tahun lalu.

China telah mengenakan tarif tambahan 25% untuk impor daging babi dari AS sejak April. Negara ini saat ini tidak membeli unggas atau produk unggas dari AS setelah melarang impor karena kekhawatiran atas flu burung pada tahun 2015.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper