Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'Eyes Open', IATA Luncurkan Kampanye Lawan Perdagangan Manusia

International Air Transport Association (IATA), asosiasi perusahaan penerbangan dunia, meluncurkan inisiatif Eyes Open, sebagai bentuk kampanye melawan perdagangan manusia (human trafficking).
International Air Transport Association (IATA)/Istimewa
International Air Transport Association (IATA)/Istimewa

Bisnis.com, SYDNEY - International Air Transport Association (IATA), asosiasi perusahaan penerbangan dunia, meluncurkan inisiatif ‘Eyes Open’, sebagai bentuk kampanye melawan perdagangan manusia (human trafficking).

Isu mengenai kejahatan perdagangan manusia menjadi salah satu topik diskusi pada konferensi IATA Annual General Meeting, yang berlangsung selama dua hari di International Convention Center (ICC) Sydney, sejak Senin (4/6/2018).

Direktur Jenderal dan CEO IATA, Alexandre de Juniac mengatakan kampanye ‘Eyes Open’ ditujukan untuk meningkatkan kesadaran bersama terhadap kejahatan perdagangan manusia.

“Kita [industri penerbangan] berbisnis kebebasan. Tidak ada toleransi bagi mereka yang menggunakan jaringan kita untuk tindak kejahatan. Ini saat yang tepat untuk mengesahkan aktivitas-aktivitas kita ke dalam sebuah resolusi,” kata de Juniac.

Menurut de Juniac, industri penerbangan mengangkut 4 miliar penumpang dan memfasilitasi lebih dari 35% perdagangan dunia secara cepat, aman dan efisien. Kecepatan dan efisiensi yang dimiliki industri ini, yang menghadirkan keuntungan sosial dan ekonomi, juga dapat disalahgunakan oleh pelaku-pelaku tindak kejahatan perdagangan manusia.

Hari ini, Rabu (5/6/2018) IATA yang beranggotakan 280 operator penerbangan di dunia, akan menyatukan langkah dalam sebuah resolusi, sebagai bentuk komitmen mendukung upaya pemerintah dan penegak hukum mengatasi human trafficking.

Kejahatan Transnasional

Human trafficking merupakan kejahatan transnasional, yang berdampak pada lebih dari 160 negara. Mengacu United Nations Office on Drugs and Crime (UNDOC), sekitar 60% tindak kejahatan perdagangan manusia itu melintasi perbatasan internasional. Penelitian yang dilakukan International Labour Organisation (2017) memperkirakan sebanyak 24,9 juta orang menjadi korban kejahatan ini. Angka tersebut setara dengan populasi Australia.

Mayoritas dari korban perdagangan manusia adalah perempuan dan anak-anak.

IATA Assistant Director for External Affairs, Tim Colehan, menambahkan asosiasi menilai langkah memberikan training staf untuk mengidentifikasi praktik kejahatan perdagangan manusia, belum cukup untuk mendukung inisiatif ini.

“Kami yakin diperlukan strategi menyeluruh dan komprehensif,” ujar Colehan.

Kampanye ‘Eyes Open’, kata Colehan, ditujukan meningkatkan kesadaran dan konsekuensi dari maskapai dan penumpang terkait perdagangan manusia.
Dalam kampanye ini, IATA akan memberikan latihan perlengkapan sebagai panduan dan prosedur bagi maskapai dalam mengeluarkan kebijakan khusus.

IATA juga akan melakukan advokasi mengenai protokol pelaporan, dan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, otoritas penegak hukum, serta stakeholder internasional lainnya.

“Untuk meningkatkan kesadaran, kami melakukan beberapa aktivitas kampanye seperti melalui film, materi poster, media, media sosial. Saat ini, IATA memperkuat kerja sama dengan lebih dari 90 pemerintah dan otoritas penegak hukum di dunia, untuk menyusun panduan pelaporan yang akurat,” tukas Assistant Director Corporate Communications IATA, Christopher Goater.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Siti Munawaroh
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper