Bisnis.com, JAKARTA — Libur Idulfitri diproyeksi mampu mengatrol arus pergerakan wisatawan nusantara di berbagai destinasi favorit, kendati jumlah kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksi akan menurun selama periode tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) per bulan rata-rata mencapai 20 juta orang. Namun, pada saat Ramadan, angka tersebut merosot drastis menjadi 10 juta wisnus.
Akan tetapi, jumlah tersebut kembali terkompensasi saat libur Idulfitri. Arief memprediksi tahun ini akan ada lebih dari 20 juta wisnus yang menggerakkan sektor pariwisata karena tradisi mudik.
Menurut Arief, momentum Lebaran yang diikuti cuti bersama yang panjang pasti akan membuat daerah wisata dipadati pengunjung. Terlebih, bila daerah wisata tersebut berada di perlintasan jalur mudik.
Dia memproyeksikan daerah-daerah yang akan menjadi tulang punggung pariwisata saat musim mudik a.l. Sukabumi yang memiliki kekayaan alam, Serang yang menjadi jantung jalur mudik Jawa—Sumatra, serta Solo dan Banyuwangi yang sudah siap menyambut pelancong lokal dengan berbagai event wisata.
“Jarak Sukabumi tidak terlalu jauh dari Ibu Kota, [yaitu] sekitar 4 jam dari Jakarta dan 3 jam dari Bandung. [Bagi wisnus] Yang ingin menikmati alam, silakan ke Sukabumi, terutama saat libur Idulfitri atau Lebaran,” ujarnya akhir pekan lalu.
Ketua Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar menggambarkan pada saat libur Lebaran, karakter wisatawan terbagi menjadi dua. Pertama, wisatawan muslim yang memanfaatkan momentum untuk mudik sekaligus berlibur.
Kedua, wisatawan nonmuslim yang memanfaatkan waktu libur panjang lebaran untuk berwisata ke luar negeri.
“Yang tidak merayakan Lebaran [biasanya] menggunakan momentum ini untuk liburan, sehingga bisa terjadi peningkatan outbound yang besar. Secara umum, outbound [wisnus ke luar negeri] akan naik, sedangkan inbound [wisman yang datang] akan turun,” tuturnya saat dihubungi, Minggu (3/6).
Dengan demikian, dia menilai pergerakan ekonomi di industri pariwisata saat Lebaran akan lebih banyak didorong oleh arus wisatawan nusantara. Menurutnya, setiap destinasi pariwisata akan memetik keuntungan dari momentum spesial tersebut.
“Semua destinasi akan menikmati buah dari industri pariwisata saat Lebaran, termasuk tempat-tempat wisata yang kecil. Dengan demikian, penurunan wisman [akan terkompensasi] oleh penyebaran wisnus saat Lebaran.”
REMITANSI PMI
Pada perkembangan lain, momentum Lebaran biasanya juga dimanfaatkan oleh para pekerja migran Indonesia (PMI) untuk mengirimkan uang ke sanak saudara. Kementerian Ketenagakerjaan pun memprediksi tahun ini akan terjadi kenaikan jumlah remitansi jelang Idulfitri.
“Dengan rasa suka cita dalam momentum Lebaran, untuk membahagiakan keluarga, remitansi pasti meningkat. Positif saja kalau memang terjadi peningkatan remitansi ke keluarga,” kata Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan TKI Kemenaker Maruli Hasoloan.
Sayangnya, Kemenaker mengaku belum memiliki data pasti mengenai proyeksi pengiriman remitansi oleh PMI pada Lebaran tahun ini. Namun, sebagai gambaran, BNP2TKI mencatat jumlah remitansi PMI pada 2017 mencapai US$8,75 miliar.
Adapun, jumlah penempatan PMI baru hingga April 2018 mencapai 87.307 orang dengan jumlah kedatangan sebanyak 53.307 orang pada periode yang sama.
Maruli menjelaskan tren mudik juga kerap dilakukan oleh sebagian PMI. Biasanya, PMI yang melakukan mudik berasal dari tempat kerja di negeri tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Hong Kong.
Kendati demikian, dia menegaskan aktivitas mudik tidak bisa dilakukan sembarangan oleh PMI. Pasalnya, setiap PMI terikat kontrak oleh pemberi kerja, sehiangga aktivitas mudik hanya bisa dilakukan juga tidak melanggar kontrak kerja dan mendapatkan persetujuan dari pemberi kerja.
Guna menghibur para PMI yang tidak bisa pulang ke kampung halaman, kata Maruli, pemerintah melalui atase ketenagakerjaan di luar negeri kerap mengadakan pertemuan dan halal bihalal dengan para PMI.
“Teman-tenan di perwakilan juga mengadakan pertemuan dan halal bihalal. Jadi, rasa rindu [para PMI] terobati di perwakilan,” jelasnya.