Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah kembali berencana memperluas basis utang dengan cara menarik pinjaman tunai dari bank komersial di luar negeri.
Sebagai awalan pada tahun ini, pinjaman tunai direncanakan dapat terkumpul hingga US$500 juta, yang dikumpulkan dari negara-negara di Eropa, Amerika dan Jepang.
"Susah dijajaki teman-teman, dia sama seperti SBN, [yang membiayai APBN], cuma yang memberi pinjaman itu bank komersial [luar negeri]," kata Direktur Strategi dan Portofolio Utang Kementerian Keuangan Schneider Siahaan di Jakarta, Kamis (31/5/2018).
Dia menjelaskan, Indonesia sebagai negara yang telah mendapatkan rating layak investasi mendapat tawaran investasi dari berbagai negara, yang mana memungkinkan Indonesia untuk meminjam atau mendapatkan investasi yang lebih murah dan dengan instumen yang lebih beragam.
"Semua terbuka, Indonesia sekarang sudah dilihat orang sebagai inventment grade. Jadi semua orang banyak mau investasi, kita perlu optimis dan objektif saja" katanya.
Hanya saja, lanjutnya, pihaknya akan tetap mencari instrumen utang yang lebih kompetitif dalam pembiayaan APBN.
"Mereka berani kasih berapa, kalau dia lebih mahal ya kita ambil yang valas saja," imbuhnya.
Selain itu, kata Schneider, bank komersial lebih stabil dalam menentukan bunga pinjaman, tetapi kendala yang dihadapi adalah kemapuan mereka yang terbatas dalam memberi pinjaman
"Dengan situasi sekarang itu lebih murah, dia cuma limitnya saja yang terbatas karena kan dia masing-masing punya plafon," katanya.
Mengenai utang yang selalu meningkat, Schneider mengatakan, utang merupakan instrument untuk memenuhi kebutuhan.
"Bukan utang yang seharusnya dipermasalahkan, seharusnya kebutuhan, utang hanya solusi untuk kebutuhan tersebut," katanya.
Lagi pula, katanya, dengan tren kepemilikan asing yang sekarang semakin berkurang, harusnya menjadi momentum bagi masyarakat yang mengaku mencintai negaranya untuk membeli SBN yang dijual asing tersebut.
"Nih sekarang asing pada keluar bagaimana lho, kan selama ini hanya follower-follower saja, ini kan kelihatannya waktu yang tepat," katanya.
Adapun, porsi kepemilikan asing dalam SBN telah mencapai 38%, padahal sepanajng 2018 porsi ini sempat naik signifikan dan menyentuh 42%.