Bisnis.com, JAKARTA – Ketentuan harga acuan penjualan daging ayam menjadi Rp33.000/kg dinilai masih sulit diterapkan di pasar, lantaran terjadi kenaikan permintaan komoditas tersebut saat puasa maupun lebaran Idulfitri, ketika harga ayam berada di level Rp36.000--Rp37.000 per kilogram.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan harga acuan khusus Idulfitri tersebut masih berada di bawah harga di pasar saat ini yakni kisaran Rp36.000/kg – Rp37.000/kg. Kenaikan harga tersebut disebabkan harga anak ayam dan pakan yang tinggi.
“Saya kira ketersediaan stok itu cukup untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Cuma masalahnya dari semua sarana produksi dari hulunya itu naik mulai anak ayamnya hingga pakannya itu semuanya naik,” kata Sugeng saat dihubungi Bisnis, Selasa (29/5/2018).
Menurutnya, saat puasa dan lebaran, permintaan daging ayam biasanya bakal mengalami peningkatan hingga 20%. Misalnya wilayah DKI Jakarta, permintaan daging berada di kisaran 900.000 ton – 1 juta ton. Namun saat puasa naik menjadi 1,1 juta ton – 1,2 juta ton per hari.
Sebelumnya pemerintah memutuskan untuk menaikan harga acuan daging ayam dari Rp32.000/kg menjadi Rp33.000/kg. Selisih Rp1.000/kg itu diterapkan hanya untuk menjelang dan selama lebaran.
Beleid yang mengatur harga acuan daging ayam sendiri dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Harga acuan peternak untuk daging ayam senilai Rp18.000/kg, sedangkan konsumen Rp32.000/kg.
Pemerintah mengharap pelonggaran harga acuan tersebut meredam fluktuasi yang tajam untuk komoditas itu. Belum lagi menurut Kemendag saat ini stok daging ayam berkurang.
Sementara harga daging ayam berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional Rp35.500/kg pada 28 Mei. Harga ini cenderung turun dibanding pekan sebelumnya berkisar di Rp37.000 di 18 Mei.
Selain itu menurut Sugeng, tingginya harga jual daging ayam diakibatkan oleh mata rantai perdagangan daging ayam dari peternak ke konsumen hingga tiga sampai empat tahapan. Dari masing-masing rantai pasok tentu akan meningkatkan harga untuk meraup laba.
Head of marketing poultry JAPFA Achmad Dawami meminta para pedagang besar tidak meningkatkan harga secara berlebihan meskipun ada peningkatan daya beli masyarakat.
Peningkatan harga daging ayam biasanya hanya terjadi sejak menjelang puasa dan menjelang lebaran hingga 25%. Namun saat pertengahan puasa atau memasuki pekan kedua, permintaan cenderung turun diikuti penurunan harga sekitar Rp500/kg - Rp1.000/kg dari harga tertinggi di pasar.
“Kalau barangnya [stok] tetap namun permintaan naik ya pasti harga akan naik. Saya himbau ke perusahaan agar peningkatan harga secara wajar jangan berlebihan,” katanya.
Menurutnya, peningkatan juga disebabkan pencairan dana tunjungan hari raya yang diterima pegawai swasta dan negeri. Dengan begitu konsumsi daging ayam juga akan melonjak dari biasanya.
“Harga pasar saat ini Rp35.000/kg – Rp38.000 karena jalur distribusi yang panjang. Kalau di produsen Rp33.000 – Rp34.000/kg, di konsumen akan lebih tinggi,” katanya.