Bisnis.com, JAKARTA – DPD Realestat Indonesia DKI Jakarta mengatakan 75% dari pertumbuhan bisnis ritel untuk pembangunan mal dan pusat perbelanjaan masih didominasi di Jakarta.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh DPD Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta, mayoritas pengembang masih memilih mengembangkan mal atau pisat perbelanjaan dan trade center di Jakarta.
Menurut Wakil Ketua Bidang Riset & Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta, Chandra Rambey, pertumbuhan terbesar kedua adalah di Bandung sebesar 11%, lalu di Bekasi dan Depok yang sama-sama 4%, dan Balikpapan juga Palembang yang sama-sama 3%.
“Mayoritas 69% membangun di atas lahan lebih dari 2 hektare. Sementara 10% membangun bangunan kurang dari 10 ribu meter persegi; 45% antara 10 – 30 meter persegi, dan 45% di atas 30.000 m2,” terang Chandra, Minggu (27/5/2018).
Chandra mengungkapkan, ada 48% pengembang membangun pusat perbelanjaan dengan segmen untuk kelas menengah, 34% untuk kelas menengah atas. Sementara itu, terkait harga jual, sebanyak 55% pengembang menjual ruang-ruang pada pusat perbelanjaan dengan harga sekitar Rp36 juta sampai dengan Rp45 juta per meter persegi.
Dia juga menambahkan bahwa mayoritas 82% pembeli atau calon tenant akhirnya menggunakan skema pembayaran kombinasi cicilan developer dan tunai keras. Sementara itu, ada 70% cicilan ke developer mencicil 36 kali. Serta sebanyak 91% yang memakai tunai keras menggunakan cicilan 6 kali.
Baca Juga
“Ada 7% pengembang menyatakan biaya membangun kurang dari Rp100 milyar; mayoritas 43% membangun dengan biaya antara Rp101 miliar sampai Rp500 miliar,” jelas Chandra.
Sekitar 64% menyatakan perkiraan soft cost biaya konstruksi berkisar 8%-10 % serta; 21% pengembang memperkirakan soft cost antara 6%-8 %. Sisanya, ada 11% pengembang memperkirakan soft cost dari biaya konstruksi berkisar antara 3%-5%.
Sementara itu, Senior Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan dalam laporan Jakarta Market Properti Report dari Colliers International Indonesia yang dirilis pada 8 Mei 2018 bahwa pihaknya memprediksi level permintaan untuk ritel akan cenderung stagnan dan mengalami penurunan. Hal ini didominasin dengan pergeseran permintaan dari ruang berukuran kecil ke ukuran besar.
“Food and Beveraged masih akan bertumbuh pada bisnis ritel dengan persyaratan ruang mulai 100 meter persegi sampai 300 meter persegi,” kata Ferry.
Terkait jumlah penawaran ruang bisnis ritel yang tersebut, Ferry memprediksi masih akan bertumbuh dan meningkat sampai dengan 4,7 juta meter persegi pada 2018 ini. Sementara itu dua shopping centre yang berlokasi di Bogor perlu diantisipasi karena akan menambah total ruang ritel pada Greater Jakarta sampai 2,6 juta meter persegi.