Bisnis.com, JAKARTA – Marketing agent dari JB Tower yang berlokasi di Kebon Sirih meyakini, kawasan yang berhadapan langsung dengan Monas dan pusat pemerintahan ini memiliki angka penyerapan ruang kantor yang cukup tinggi.
Direktur Leads Property, Darsono Tan mengatakan sekalipun pasokan ruang kantor di Jakarta masih cukup banyak, dia menilai kawasan di Kebon Sirih juga memiliki angka peminat yang tinggi.
Dia meyakini persentase tingkat hunian perkantoran di Kebon Sirih saat ini berada di atas 80%.
“Tingkat perkantoran di kawasan ini [Kebon Sirih] masih berada di atas angka 89%,” ungkap Darsono Jumat (25/5/2018).
Dia menjelaskan, Kebon Sirih yang berlokasi di dekat Monas memang menjadi landmark dari kota Jakarta. Apalagi, kawasan di Kebon Sirih ini sangat berdekatan dengan pusat kuliner di Sabang, dan Wahid Hasyim.
Selain itu lokasi perkantoran JB Tower sendiri hanya menempuh radius satu kilometer dari Stasiun Gambir.
Baca Juga
Sebagai marketing agent dari JB Tower, Darsono Tan menyatakan menargetkan pembangunan gedung di area lahan seluas 5.816 meter persegi itu bisa rampung pada 60% sampai dengan kuartal pertama tahun depan.
Saat ini gedung JB Tower sudah terisi sampai 60%. Dia mengatakan target ini tidak terlalu ambisius, sebab dia yakin sejumlah isu tentang Pemilu atau tahun politik tidak akan mengganggu pemasaran ruang perkantoran di JB Tower.
Gedung milik PT Mardhika Artha Upaya ini direncanakan selesai pada kuartal pertama tahun depan dan dapat memulai operasiionalnya sebelum kuartal keempat alias sebelum Oktober 2019.
Pada 2020, akses ke JB Tower juga bisa melalui mass rapid transit (MRT) Fase 2. Ada pun JB Tower hanya berjarak 500 meter dari Stasiun MRT Sarinah dan Stasiun MRT Monas.
Sementara itu Senior Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan permintaan ruang kantor pada kuartal pertama tahun ini memang bertumbuh meski tak terlalu besar.
Ferry menyatakan saat ini diperlukan antisipasi pada peningkatan permintaan di area pusat bisnis atau central business district.
“Pemilik ruang atau lahan perlu mengejar setidaknya 60% ruang kosong untuk mengcover biaya operasi,” jelas Ferry.
Dia menambahkan besarnya pasokan ke depan akan menekan angka kekosongan tahun ini. Dia menyebut ketersediaan ruang kantor di CBD akan menyentuh angka 79,1% sampai dengan akhir 2018.
Berdasarkan laporan Jakarta Market Properti Report dari Colliers International Indonesia yang dirilis pada 8 Mei 2018 lalu, pasokan mulai 2018 sampai 2021 nanti diperkirakan mencapai 1,8 juta meter persegi di area CBD dengan rata-rata 890.000 meter persegi di luar area CBD.
Ada pun kata Ferry, secara year-on-year (y-o-y) angka permintaan ruang perkantoran di CBD memang mengalami pertumbuhan sekitar 15% sampai dengan akhir 2018 ini.
Ada pun ruang perkantoran dengan konsep yang fleksibel sangat dibutuhkan untuk tenant utama ruang kantor CBD, yakni perusahaan e-commerce dan start-up.
“Lebih dari 3 tahun yang akan datang, sektor-sektor yang akan banyak melakukan ekspansi adalah perusahaan kontraktor dengan proyek infrastruktur serta perusahaan yang berbasis teknologi, minyak dan gas di Indonesia,” ungkap Ferry.