Bisnis.com, JAKARTA — Persiapan pemerintah menjelang mudik lebaran dinilai belum cukup matang mengingat tidak tersedianya fasilitas transportasi umum di sejumlah daerah.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, menuturkan meskipun menyiapkan infrastruktur untuk transportasi yang bisa dinikmati pemudik, pemerintah seolah lupa jika sebagian besar pemudik menggunakan transportasi umum, entah pesawat terbang, kapal, bus atau kereta.
Menurutnya para pemudik yang menggunakan pesawat, kapal, bus atau kereta setelah tiba di daerah tujuan pasti menemukan tawaran transportasi lanjutan hingga tempat tinggalnya dengan tarif tinggi.
“Terminal, bandara, pelabuhan secara fisik sudah banyak yang bagus tetapi ketersediaan angkutan umum di daerah yang singgah di terminal, pelabuhan dan bandara masih sangat minim,” kata Djoko, Sabtu (19/5/2018 ).
Djoko menuturkan hal ini diakibatkan pemerintah tidak menimbang keberadaan transportasi umum di daerah, sehingga pembangunan transportasi umum di daerah masih sangat minim sekali.
“Andai ada, pasti mahal tarifnya. Tidak ada satupun pelabuhan di Indonesia yang dilayani secara rutin oleh angkutan umum. Angkutan pelat hitam yang dikoordinir oknum otoritas pelabuhan atau oknum aparat setempat bekerjasana dengan preman lokal masih merajalela dengan tarif yang tidak wajar,” jelasnya.
Tak hanya di pelabuhan, menurutnya di bandara, hanya segelintir yang menerapkan taksi reguler berargometer dan rata rata tarif sesuai keinginan operator yang pasti lebih tinggi dari berargometer.
“Kalaupun ada Damri, itu pun cuma di kota-kota besar,” katanya.
Lebih lanjut dia menilai pemerintah nampaknya mengandalkan transportasi online yang tarifnya murah, namun tarif tersebut pasti meningkat saat musim mudik, lantaran meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Di sisi lain, belum adanya fasilitas transportasi umum membuat pemudik yang mau bersilaturahmi atau bepergian di kampeung halamannya mengalami kesulitan.
Dengan kondisi tersebut, masyarakat golongan menengah ke bawah terpaksa membawa sepeda motor walau perjalanan yang ditempuh hingga di atas 10 jam.
“Sungguh miris dan mengerikan korban pemudik sepeda motor bergelimpangan di jalan akibat kelelahan terjadi kecelakaan. Belum lagi korban anak yang dibawa motor turut jadi korban kecelakaan. Meskipun ada upaya mudik gratis sepeda motor, hanya mampu mengangkut tidak lebih dari 1% total pemudik motor,” ujarnya.