Bisnis.com, JAKARTA – Seiring dengan pertumbuhan bisnis batu alam global, MM Galleri Group berikan inovasi menolak mengikuti tren pasar yang ada.
CEO MM Galleri Group Peter Tjioe mengatakan sudah sejak lama memutuskan untuk tidak mengikuti permintaan pasar melainkan selalu berusaha menjadi perusahaan yang menciptakan tren.
“Pasar kadang tidak paham bahwa batu alam sudah tidak lagi waktunya dianggap kaku dan serba terbatas, yang cuma keras-berat-masif, karena dengan inovasi teknologi yang kami terus perbarui dari waktu ke waktu batu sudah meninggalkan keterbatasannya,” ujar Peter, Minggu (6/5/2018).
MM Galleri Group adalah perusahaan penggiat batu alam yang menggabungkan unsur artistik dengan teknologi melengkungkan marmer pertama di dunia untuk dijadikan interior dan furniture untuk hotel, bangunan, residensial, dan villa.
Menurut Peter, batu tidak lagi semata dijual lembaran atau dipotong dengan ukuran seragam untuk memenuhi kemauan konsumen, tapi direkayasa dengan teknologi menjadi karya seni.
“Yang kita tawarkan adalah kebaruan dan fleksibilitas batu, tanpa meninggalkan kelebihan alaminya; kekuatan, ketahanan terhadap panas dan cuaca, juga kekayaan tekstur dan warna,” ujarnya.
Baca Juga
Dengan menggandeng brand asal Itali, Lapitec, sebagai satu-satunya distributor Lapitec di Indonesia MM Galleri percaya diri akan menang di pasar Asia Tenggara.
Lapitec merupakan satu-satunya produk yang menggunakan teknologi sintesa tanpa adanya penambahan adhesive maupun coloring agent sehingga ramah lingkungan.
Kini MM Galleri Group tidak hanya memiliki kantor di Surabaya dan Jakarta, tetapi juga mengembangkan sayap membuka kantor di Singapura.
“Sudah tidak lagi jamannya cuma jadi pemenang di kandang sendiri, kita harus bangga dan yakin dong produk kita pasti merajai pasar,” tutur Peter.