Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai Mulai Naik, Pengusaha Yakinkan Tak Pengaruhi Konsumen

Harga jual komoditas kedelai naik menjadi Rp7.000 per kilogram setelah terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar pada pekan ini. Meski begitu kondisi ini tidak menganggu penjualan produk tahu dan tempe di tingkat konsumen.
Pekerja melakukan proses pengolahan kedelai di salah satu pabrik di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pengolahan kedelai di salah satu pabrik di Jakarta, Selasa (13/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA—Harga jual komoditas kedelai naik menjadi Rp7.000 per kilogram setelah terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar pada pekan ini. Meski begitu kondisi ini tidak menganggu penjualan produk tahu dan tempe di tingkat konsumen.

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus`an mengatakan dampak kenaikan tersebut membuat harga jual kedelai naik. Pekan lalu saat harga jual kedelai sebesar Rp6.950 per kilogram. Sementara pekan ini meningkat menjadi Rp7.000 per kilogram.

Penetapan harga tersebut menurut dia telah diperhitungkan dengan nilai tukar US$1 dengan kurs Rp14.000 per kilogram. Langkah ini untuk mengantisipasi fluktuasi nilai rupiah yang mengalami naik turun. Asosiasi berharap nilai tukar rupiah tidak terus menerus mengalami pelemahan, sehingga harga dapat bertahan.

“Tergantung pelemahan rupiah itu. Kalau bertahan cukup lama maka bagus, harga bisa bertahan lama,” kata Yus`an kepada Bisnis.com.

Selain itu, tahun ini asosiasi memperkirakan bakal ada peningkatan impor kedelai 2% - 5% jika produksi dari petani lokal menurun dan cuaca buruk terjadi. Namun sebaliknya jika produksi naik, impor dapat ditekan.

Dia mengaku impor pada 2017 sebesar 2,672 juta ton. Jika terjadi peningkatan hingga 5%, maka kenaikan yang terjadi sebesar 2,805 juta ton. Hingga kini pihaknya masih memantau perkembangan terhadap pelemahan rupiah yang terjadi.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan pelemahan rupiah yang sedang terjadi belum terlalu berdampak di pelaku usaha tahu dan tempe dan konsumen. Pasalnya kenaikan bahan baku kedelai masih di angka Rp50 per kilogram.

Dia menganalogikan, satu kilogram kedelai dapat menghasilkan 1,8 kilogram tempe. Satu kilogram tempe saja mampu menghasilkan setidaknya 24 potong tempe. Sehingga jika dibagi dengan kenaikan harga kedelai, tidak terlalu berdampak di pengusaha.

Menurutnya, harga di tingkat konsumen akan terganggu jika kedelai naik mencapai 10% dari harga normal, sekitar Rp7.500 per kilogram atau Rp8.000 per kilogram. Meski begitu biasanya pengusaha tahu tempe mengakali dengan memperkecil potongan tempe, sehingga harga tidak berubah di tingkat konsumen.

“Kalau terus-terusan naik misalnya sampai terjadi kenaikan menjadi Rp7.500 – Rp8.000 per kilogram, baru akan kami naikan harga. Akan tetapi ada pula yang mengurangi ukuran sehingga harga tetap,” katanya.

Selama ini produksi kedelai di Indonesia mencapai 1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai 3 juta ton. Pengusaha biasanya akan mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan untuk produksi tersebut.

Sementara itu menjelang puasa, Aip memperkirakan bakal ada penurunan permintaan dari konsumen karena perubahan konsumsi masyarakat. Selain itu, produksi juga cenderung akan menurun dikarenakan sebagian pekerja pulang ke kampung halaman. Namun kondisi ini tidak menganggu harga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper