Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PINSAR: Produksi Daging Ayam Surplus, Impor GPS Harus Diatur

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia sudah memprediksi bahwa produksi daging ayam dalam negeri surplus sampai dengan empat tahun ke depan. Oleh sebab itu, impor grand parent stock (GPS) harus diatur dengan konsisten.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia sudah memprediksi bahwa produksi daging ayam dalam negeri surplus sampai dengan empat tahun ke depan. Oleh sebab itu, impor grand parent stock (GPS) harus diatur dengan konsisten.

Ketua Pinsar, Singgih Januratmoko mengatakan kondisi ayam ras saat ini di pasaran memang sudah mengalami surplus. Namun dengan kondisi ini dia merekomendasikan agar regulator dapat mengatur impor GPS secara konsisten.

“Memang surplus, tinggal kita bagaimana caranya atur impors gpsnya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/4/2018).

Dia mengapresiasi karena Kementerian Pertanian sudah mengatur pasokan GPS dan penggantinya sehingga tidak terlalu banyak kelebihan pasokan di pasaran dan peternakan.

Poin kedua yang juga tidak kalah penting adalah mendorong agar perusahaan besar membuat industri pengolahan seiring dengan pertumbuhan jumlah ayam ras. Karena sebenarnya hal ini sudah diatur lewat Permentan no. 61 2016 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras.

Pada Pasal 12 Permentan ini menyatakan pelaku usaha integrasi, pelaku usaha mandiri, koperasi, dan peternak yang memproduksi ayam ras potong (live bird) dengan kapasitas produksi paling rendah 300.000 ekor per minggu harus mempunyai Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) yang memiliki fasilitas rantai dingin.

Peranan RPA ini adalah solusi untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan serta mengantisipasi fluktuasi harga ayam hidup ditingkat peternak.

“Kita harapkan perusahaan besar yang buat industri pengolahan. Kalau peternak skala besar harus buat RPA,” katanya.

Poin ketiga adalah, penyedian soyabean meal atau bungkil kedelai yang menjadi salah satu komposisi bahan pakan ternak selain jagung. Singgih mengatakan untuk saat ini pakan ternak masih stabil harganya. Pun ditopang dengan stok jagung yang memadai pada triwulan kedua ini.

Namun, untuk bungkil kedelai karena belum ada produksi dalam negeri dan ketergantungan terhadap impor masih tinggi maka harga ditentukan sekali oleh fluktuasi kurs US$.

“Beberapa bahan baku pakan impor. Jika dolar tidak segera turun maka harga pakan akan naik,” katanya.

Dalam tiga bulan terakhir sejak Februari harga bungkil kedelai merangkak naik dengan harga terendah US$311 per ton dan harga tertinggi US$397 per ton. Sementara itu, Singgih mengatakan belum ada produksi untuk bungkil kedelai dalam negeri.

Neraca daging ayam di Indonesia untuk tahun 2017-2021 diperkirakan akan mengalami surplus dihitung dengan pendekatan antara proyeksi ketersediaan untuk konsumsi dan proyeksi permintaan .

Dalam Outlook Daging Ayam Ras 2017 yang dirilis oleh Kementrian Pertanian pada 4 tahun ke depan tingkat permintaan daging ayam untuk konsumsi langsung dan industri pangan olahan bahan baku daging ayam meningkat rata-rata sebesar 859,82 ribu ton atau 5,68%.

Pada tahun 2018 produksi ayam ras nasional menyentuh angka 2,3 juta ton dengan presentase tercecer 117.000 ton. Sementara konsumsi nasional adalah 1.3 juta ton maka produksi surplus sebesar 854.000 ton.

Sementara pada 2019, produksi ayam ras nasiona adalah 2,5 juta ton dengan ton dengan presentase tercecer 126.000 ton dan konsumsi nasional adalah 1.4 juta ton maka produksi surplus sebesar 973.000 ton. Dibandingkan 2018, tumbuh sekitar 5%.

Pada 2020, produksi ayam ras nasional adalah 2,7 juta ton dengan ton dengan presentase tercecer 136.000 ton dan konsumsi nasional adalah 1.4 juta ton maka produksi surplus sebesar 1 juta ton. Dibandingkan 2020, tumbuh sekitar 4,9%.

Dan pada 2021, produksi ayam ras nasional adalah 2,9 juta ton dengan ton dengan presentase tercecer 145.000 ton dan konsumsi nasional adalah 1.5 juta ton maka produksi surplus sebesar 1,2 juta ton. Dibandingkan 2020, tumbuh sekitar 4,8%.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper