Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Sektor Industri Pendorong Revolusi Industri 4.0

Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menyebutkan ada lima sektor industri yang menjadi pendorong perkembangan Revolusi Industri 4.0.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto/Antara
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menyebutkan ada lima sektor industri yang menjadi pendorong perkembangan Revolusi Industri 4.0.

"Kelima sektor industri tersebut adalah makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronik, dan otomotif," kata Menperin Airlangga Hartarto dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 di Kementerian Kominfo, Jakarta, Senin (16/4/2018).

Airlangga menjelaskan perbedaan antara revolusi industri 3.0 dan revolusi industri 4.0 adalah pada revolusi industri ketiga didorong oleh laba, sedangkan untuk revolusi industri keempat lebih didorong oleh harga dan biaya.

Menurut dia, Revolusi Industri 4.0 tidak sepenuhnya tergantung pada kecerdasan buatan (artificial intelegence), tetapi juga melibatkan pemikiran dan emosi.

Dia menekankan bahwa teknologi Internet terutama dengan bandwith atau kapasitas lalu lintas data yang besar menjadi tulang punggung Revolusi Industri 4.0.

Pencetakan dengan teknologi tiga dimensi (3D printing technology) telah merevolusi pembuatan sampel atau produk dari industri. Dengan demikian, jenis pekerjaan juga akan ada perubahan.

Namun, industrial data juga menjadi penting. Airlangga menjelaskan sektor industri lainnya tetap penting karena tidak semuanya dapat digantikan oleh digitalisasi.

"Isunya ke depan aalah bagaimana kita membuat proyek percontohan dan berikutnya adalah masalah keamanan data. Kasus bocornya data pribadi di AS dengan Facebooknya dapat dijadikan contoh. Masalah Hak intelektual menjadi kunci bagi pengembangan revolusi industri 4.0," kata Menperin.

Airlangga menegaskan bahwa untuk memasuki revolusi industri 4.0, Indonesia mempunyai modal pasar domestik yang besar dan memiliki universitas yang tersebar di penjuru daerah.

Modal lainnya, Indonesia hingga 2030 masih menikmati bonus demografi di mana tenaga kerja dengan usia produktif begitu besar.

"Pada saat itu Indonesia harus memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini jadi momentum yang tidak bisa kita sia-siakan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper