Bisnis.com, JAKARTA— Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani menilai, saat akhir pekan hotel-hotel di tempat wisata kerap dipenuhi oleh wisatawan nusantara. Pihaknya pun berharap wisman dapat memanfaatkan hari kerja untuk mengisi okupansi hotel yang rendah di saat tersebut.
“Weekend [hotel] penuh turis domestik. Kami atur supaya turis [mancanegara] datang saat weekdays,” ujarnya dalam seminar nasional bertajuk “Sinergi Ekonomi Kreatif dan Kepariwisataan di Era Digital” di Universitas Sahid Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Dia menyatakan, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata telah melakukan upaya promosi yang cukup gencar. Hal ini terbukti dari alokasi anggaran belanja untuk promosi yang diperkirakan mencapai Rp8 triliun secara akumulatif sejak 2015 hingga sekarang.
Pihaknya bersama 18 asosiasi di berbagai bidang pun telah mengonversi brand Visit Wonderful Indonesia menjadi produk berupa Kalender Acara Visit Wonderful Indonesia yang dapat dijual kepada wisman. Kalender acara yang menawarkan berbagai festival di 18 destinasi pilihan itu diharapkan dapat meraih 2,5 juta wisman, atau 15% dari target yang ditetapkan pemerintah tahun ini sebesar 17 juta.
Dia menambahkan, film dapat menjadi media yang efektif untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Meski demikian, dia mengaku perizinan bagi para pelaku industri film khususnya dari luar negeri untuk memproduksi film berlatar Indonesia masih cukup sulit.
“Sekarang kami melihat potensi besar terkait kerja sama dengan industri media, khususnya perfilman. Ini yang belum tergarap maksimal,” ujarnya.
Dia mengatakan, hampir seluruh negara kecuali Amerika Serikat dan Afrika dapat menjadi pasar utama pariwisata Indonesia. Faktor konektivitas, yaitu tidak adanya penerbangan langsung ke negara tersebut menjadi salah satu alasan utama.
“Hampir seluruh destinasi kita sudah siap. Sekarang tinggal bagaimana melakukan koordinasi simpul-simpul dari seluruh pemain utama dari setiap sektor ini dengan baik,” ujarnya.
Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Teknologi Informasi Samsriyono Nugroho menjelaskan, terdapat dua faktor yang mempengaruhi suatu destinasi untuk dapat menjadi viral secara digital. Kedua faktor tersebut adalah nilai kreatif, dan nilai komersial.
Menurutnya, destinasi yang berpotensi menjadi viral di dunia maya harus memiliki kombinasi dari kedua nilai tersebut. Ditambah lagi dengan adanya dukungan ketersediaan lahan, aksesibilitas dan infrastruktur dasar yang memadai, seperti toilet, listrik, tempat penampungan sampah, dan sebagainya.
“Tahun ini kita ingin buat 100 destinasi digital yang dekat dengan destinasi wisata, sehingga masyarkat bisa ikut memviralkan destinasi tersebut untuk lebih berkembang lagi,” ujarnya.
Dia menyatakan, saat ini telah terdapat sejumlah perusahaan swasta yang mendekati pemerintah untuk mengembangkan lahan perusahaan yang belum dimanfaatkan untuk menjadi tempat wisata yang atraktif untuk swafoto.
Adapun saat ini, pemerintah bersama dengan komunitas bernama Generasi Pesona Wisata (Genpi) telah mengembangkan sejumlah destinasi digital. Beberapa di antaranya Pasar Pancingan Lombok, Pasar Mangrove Batam, Pasar Karetan Malang dan Pasar Kakilangit Jogja.