Bisnis.com, JAKARTA – Kepercayaan di antara produsen besar Jepang tergelincir dari level tertinggi dalam lebih dari satu dekade pada kuartal pertama 2018 karena penguatan mata uang menekan prospek laba.
Dilansir Bloomberg, indeks sentimen bisnis menurut survei Tankan yang dirilis Bank of Japan pada Senin (2/4/2018) turun menjadi 24 di kuartal pertama, lebih rendah dari perkiraan analis yang mencapai 25.
Sementara itu, prospek di antara produsen besar jatuh ke level 20, lebih rendah dari perkiraan di level 22. Sentimen non-produsen besar jatuh ke level 23. Perusahaan besar di semua industri mengatakan mereka berencana untuk meningkatkan investasi tetap sebesar 2,3% tahun ini hingga Maret 2019.
Penguatan yen akan memangkas keuntungan bagi banyak produsen besar Jepang, yang dapat berimbas pada kenaikan gaji dan investasi baru di pabrik dan peralatan dan menahan upaya Bank of Japan untuk mengakhiri deflasi.
Dengan peringkat yen sebagai yang terkuat kedua di antara mata uang utama pada kuartal pertama tahun ini serta meningkatnya risiko perang dagang global, kemungkinan bank sentral Jepang untuk untuk memulai normalisasi kebijakan moneter dalam waktu dekat akan semakin kecil.
Norio Miyagawa, ekonom senior di Mizuho Securities Co, mengatakan ketidakpastian di kalangan pebisnis semakin tumbuh . Mereka pasti merasa tidak nyaman karena yen yang kuat secara langsung mempengaruhi keuntungan mereka.
"Namun, sentimen tidak mungkin menurun dalam beberapa bulan mendatang karena fundamental ekonomi tidak terlalu buruk. Saya memperkirakan pertumbuhan upah tetap stabil dan BOJ melanjutkan stimulus moneter untuk sementara waktu," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.
Produsen besar memperkirakan yen akan diperdagangkan pada 109,66 per dolar pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019. Di antara perusahaan-perusahaan kecil, indeks sentimen produsen tidak berubah pada level 15, sementara perusahaan jasa naik menjadi 10 dari 9.