Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) menilai pertumbuhan tren kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air masih belum untuk mencapai target pemerintah sebanyak 17 juta wisman pada 2018.
Ketua Asita Asnawi Bahar mengatakan pertumbuhan jumlah wisman sebesar 9,12% dari bulan lalu merupakan pertumbuhan pariwisata yang cukup tinggi. Angka ini juga menjadi salah satu pertanda pulihnya pariwisata Bali pasca erupsi Gunung Agung. Meski demikian, dia menganggap kondisi tersebut masih fluktuatif.
“Ini kan masih fluktuatif. Kita berharap ini sustain secara bertahap. Pertumbuhan ini cukup tinggi. Kalau dia stabil pertumbuhannya baru bisa mencapai target,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (02/04).
Dia memaparkan, dengan target pemerintah sebanyak 17 juta wisman tahun ini, maka jumlah kunjungan wisman yang diperlukan setiap bulan setidaknya mencapai 1,5 juta orang. Namun, pada dua bulan pertama tahun ini, rata-rata jumlah kunjungan wisman setiap bulannya masih berada di angka 1,1 juta hingga 1,2 juta orang sehingga masih diperlukan percepatan.
Lebih lanjut, dia pun berharap jumlah wisman asal China dapat bertambah lebih signifikan lagi dengan adanya sejumlah rute penerbangan langsung ke Indonesia. Meski demikian, pihaknya mengingatkan pemerintah untuk tidak hanya bergantung kepada China dalam mencapai target wisman.
“Kalau China kita harapkan angkanya bisa naik lebih tajam, dan tidak mengandalkan China saja, karena pasar utama kita kan Asean, Australia dan China,” jelasnya.
Dia menambahkan, sejumlah pasar lain yang potensial seperti Amerika Serikat dan Eropa juga masih dapat dikembangkan. Pada tahun ini, dia meyakini penyelenggarakan sejumlah ecara berskala internasional seperti Asian Games dan rapat tahunan IMF-World Bank dapat mendongkrak kunjungan wisman asal dua kawasan tersebut.
Meski demikian, dalam jangka panjangnya pengembangan kedua pasar tersebut membutuhkan insentif dari pemerintah berupa aksesibilitas, yaitu pembukaan rute penerbangan langsung, baik itu maskapai full service maupun low cost carrier dari Amerika Serikat maupun Eropa ke Indonesia.
“Untuk long haul dengan tarif yang cukup mahal berat juga, karena kita punya saingan yaitu turki dan Mesir yang lebih dekat ke Eropa,” ujarnya.
Dia pun berharap pemerintah lebih aktif mengajak asosiasi dalam melakukan penjualan di luar negeri, dengan mengadakan pameran, roadshow, atau program aktivasi lainnya. Pasalnya, dia mengaku program promosi yang gencar juga harus diimbangi dengan kegiatan penjualan yang masif guna mencapai target yang maksimal.