Bisnis.com, JAKARTA – Konsultan properti menilai nilai pembangunan properti untuk ritel bisa mengalami penurunan jika minat beli masyarakat mengalami penurunan.
Director Head of Research and Consultants Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan sampai tahun depan, bisa saja geliat pembangunan ritel belum membaik jika minat beli masyarakat malah mengalami penurunan. Hal ini diprediksi mungkin terjadi seiring dengan tahun politik.
“Mungkin masih akan mengalami [penurunan] ini sampai tahun depan. Dan untuk ritel, kita lihat sebenarnya tidak terlalu banyak massa, pertumbuhannya bagus, Cuma daya beli masyarakatnya belum mendukung,” kata Anton di kantor Savills Indonesia pekan lalu.
Anton menjabarkan, minat terhadap ritel masih cukup tinggi sekalipun pembangunan e-commerce mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun, belum banyak perusahaan ritel eksisting yang memperbaiki kualitas dagangan dan pelayanannya.
“Mereka yang sadar akan fokus memperbaiki ritel dengan konsep baru. Karena anak muda itu cukup memperhatikan, kalau cuma toko begitu saja kurang minat,” jelas Anton.
Anton menegaskan dalam hasil riset yang diluncurkan Savills Indonesia bahwasanya tidak banyak perubahan tingkat kekosongan ritel pada kuartal pertama tahun. Jika dibandingkan kuartal empaiu tahun lalu, dengan rata-rata kekosongan 21%, maka tingkat kekosongan saat ini membaik pada angka 12.7%.
Baca Juga
Ada pun fase tingkat kekosongan tertinggi terjadi pada ritel dengan kategori high-end sebesar 8.6% dibandingkan kuartal empat tahun lalu sebesar 6,4%. Begitupula pada kategori ritel upper dengan tingkat kekosongan saat ini mencapai 7% sedangkan pada kuartal sebelumnya hanya 6,3%.
Sementara itu, tingkat kekosongan ritel kelas middle up mencapai angka tertinggi 19,7% namun hal ini berbanding lurus dengan tingkat ketersediaan yang banyak pad akelas ini.
“Kekosongan pusat perbelanjaan kelas middle up dan middle low relatif stabil, bila dibandingkan kuartal sebelumnya,” kata Anton.