Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran tak selamanya linier dengan perbaikan konsumsi rumah tangga. Tahun lalu, dengan perbaikan di tiga sektor tersebut, konsumsi rumah tangga justru tumbuh melambat pada kisaran 4,95%.
Direktur Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial Kementerian PPN/Bappenas Maliki mengatakan, sebenarnya pelambatan konsumsi rumah tangga tak kontradiktif dengan tiga perbaikan variabel tersebut. Konsumsi rumah tangga tetap tumbuh meskipun di bawah 5%.
"Memang tidak tumbuh sesuai yang diharapkan, meski di bawah 5%, itu sebenarnya tetap tumbuh," kata Maliki kepada Bisnis, Rabu (21/3/2018).
Bagi pemerintah, pelambatan konsumsi rumah tangga ini dikarenakan adanya perubahan pola konsumsi. Rumah tangga saat ini, lanjut dia, memang tak terlalu konsumtif. Pada saat hari raya, di mana sebenarnya ada momen untuk melakukan konsumsi, beberapa waktu terakhir justru tak menunjukkan jumlah yang signifikan.
"Ini karakter generasi barangkali, generasi sekarang tak terlalu banyak konsumsi. Tetapi ke depan konsumsi via digital tampaknya bakal lebih besar," jelasnya.
Seperti diketahui, kinerja konsumsi rumah tangga ini juga berbanding terbalik dengan data realisasi pengentasan kemiskinan dan klaim menurunnya pengangguran.
Kementerian PPN/Bappenas awal tahun ini merilis data, bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebanyak 26,58 juta atau berkurang 1,18 juta dari posisi September 2016 sebanyak 27,76 juta penduduk miskin.
Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka, Bappenas juga mencatat terjadi penurunan, pada 2015 misalnya dari tingkat penganggguran terbuka di Indonesia mencapai 6,18%, tahun lalu diperkiarakan TPT menurun menjadi 5,5%.