Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) mendorong partisipasi perempuan di industri maritim seiring dengan kesempatan karier yang luas di sektor tersebut.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan peran perempuan dalam dunia maritim sudah berlangsung lama. Dia mencontohkan kiprah Laksamana Malahayati pada abad ke-16. Dalam berbagai sumber, Malahayati disebut sebagai laksamana laut perempuan pertama di dunia.
Carmelita menuturkan perbedaan perbedaan perlakuan gender antara perempuan dan laki-laki di industri maritim Indonesia sudah mulai terkikis. Pasalnya, keterlibatan perempuan di belantika maritim Indonesia diakui telah meningkat.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa jabatan strategis yang telah dipegang perempuan di dunia kemaritiman Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.
"Peran perempuan dan laki-laki di dunia maritim Indonesia sudah menuju arah positif dalam kesamaan pemberian hak dan kewajiban, kendati peran perempuan masih harus terus didorong," paparnya dalam keterangan tertulis pada Kamis (14/3/2018).
Paparan itu disampaikan Carmelita saat menjadi tamu kehormatan pada acara Pameran dan Konferensi Asia Pacific Maritime (APM) ke-15 di Singapura, 14-16 Maret 2018.
Carmelita yang juga CEO Andhika Lines mengakui jumlah pelaut perempuan sangat langka. Secara global, per 9 Maret 2018, jumlah pelaut perempuan mencapai 10.320 orang atau hanya 1,14% dari total jumlah pelaut sebanyak 899.768 orang.
Namun, peluang karier bagi perempuan di dunia maritim tidak terpaku pada profesi pelaut Dia menyebut, peran perempuan di bidang maritim terbilang luas, mulai dari pelaut, manajemen perusahaan pelayaran, pejabat di kementerian terkait kemaritiman, pakar hukum maritim, dan konsultan hukum maritim.
Dalam catatan Bisnis.com, sejumlah perempuan yang dikenal di industri maritim antara lain Menteri Kelautan & Perikanan Susi Pudjiastuti; pemimpin Grup Samudera Indonesia Shanti L. Poesposeotjipto; dan pakar hukum maritim Chandra Motik.
Pemberdayaan perempuan sektor maritim, menurut Carmelita, dimaksudkan untuk menyaingi laki-laki, melainkan untuk bersinergi.
“Dalam menjawab tantangan dan menangkap peluang masa depan di bidang maritim membutuhkan kolaborasi gender," ujarnya.