Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah kembali mengimbau pelaku usaha untuk mulai membidik wilayah luar Jawa untuk lahan baru kebun tebu.
Pembukaan lahan baru untuk perkebunan tebu baru beserta pabrik pengolahannya di P. Jawa dinilai tidak mungkin oleh Kementerian BUMN. Penilaian tersebut berdasarkan pada kenyataan terbatasnya lahan di Jawa. Selain itu juga permintaan untuk wilayah pemukiman jauh lebih besar dibandingkan dengan permintaan lahan perkebunan.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengatakan kalaupun penambahan lahan tebu di Jawa bisa dilakukan, pasti lahan yang bisa diberikan tidak luas karena kebutuhan untuk pemukiman semakin tinggi. Hal tersebut otomatis berimbas pada produktivitas perkebunan gula tersebut.
"Sampai saat ini kita masih impor gula salah satunya karena ketersediaan lahan. Ketersediaan lahan lebih untuk perumahan," katanya Senin (12/3).
Menurutnya akan lebih baik jika pelaku usaha mau mengekspansi ke luar P. Jawa seperti Sumatra atau Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Keterbatasan lahan selain mengurangi produktivitas juga berimbas pada kemajuan pabrik.
Ahmad menjelaskan mekanisasi tidak mungkin dilakukan pada lahan yang kecil. Oleh karena itu, dia menilai performa perkebunan tebu dan pabrik gula di Jawa akan menemui kendala.
Menurutnya, mekanisasi dapat meningkatkan produktivitas perkebunan dan meminimalisir biaya operasional. Namun, luas lahan yang sempit dapat menjadi ganjalan bagi hal itu. Selain itu, tanaman tebu hanya bisa satu kali masa panen dalam periode satu tahun sedangkan pekerja harus digaji selama 12 bulan masa kerja.