Bisnis.com, JAKARTA--PT Citilink Indonesia menyiapkan program efisiensi dan ekspansi rute guna menyiasati dampak pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang menyebabkan kenaikan biaya operasional.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatakan program efisiensi yang dilakukan adalah dengan mengembangkan sistem untuk mengukur kebutuhan avtur pesawat secara lebih akurat.
"Jadi kami bisa mengetahui kebutuhan fuel yang sebenarnya dengan menggunakan alat, bukan hitungan manual," kata Juliandra, Rabu (7/3/2018).
Dia menambahkan akan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan terutama yang berkaitan dengan jasa layanan sisi darat (ground handling). Upaya tersebut dilakukan guna meminimalisasi keterlambatan penerbangan (delay).
Menurutnya, delay yang lama akan menyebabkan pesawat lebih lama di tempat parkir (apron) maupun landasan penghubung (taxiway) saat antre sebelum lepas landas (take off). Kondisi ini membuat pesawat menghabiskan banyak bahan bakar di bandara.
"Target kami adalah menaikkan OTP [ketepatan waktu terbang/on time performance]," ujarnya.
Baca Juga
Cara selanjutnya adalah dengan memperbanyak rute penerbangan. Semakin banyak rute akan menambah pendapatan maskapai, sehingga mampu menutup tambahan biaya operasional.
Kurs tengah Bank Indonesia sempat mencapai level Rp13.402 per dolar AS pada 1 Februari 2018. Namun, angka terus mengalami pelemahan hingga Rp13.763 per dolar AS pada hari ini.
Kondisi ini akan menyebabkan biaya bahan bakar dan sebagian besar operasional pesawat meningkat karena maskapai membayar dengan menggunakan mata uang dolar AS.