Bisnis.com, JAKARTA -- Futbal Momentum Asia (FMA) pemegang lisensi eksklusif teritorial resmi Piala Dunia 2018 di Indonesia terus menjajaki potensi kemitraan dengan perusahaan dan brand di Indonesia.
David Khim, Chief Executive Officer FMA, mengatakan kemungkinan kemitraan itu ada namun pihaknya belum bisa memberikan lebih detail sebelum pengumuman resmi. Dia mengatakan FMA dan FIFA menilai Indonesia sebagai pasar potensial.
"Itu mengapa license di Indonesia termasuk salah satu yang cukup mahal di dunia. Ini negara yang mengagumkan untuk sepakbola. Jadi ya kami punya rencana besar dan berharap bisa mengumumkan lebih banyak kemitraan," jelasnya, di Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Dia mengatakan dalam satu bulan ke depan, FMA akan mengadakan beberapa pengumuman dengan partner-partner lainnya.
Adapun dalam memilih partner terdapat beberapa kriteria, tidak hanya melihat nilai uangnya saja tetapi juga pengalaman yang akan diberikan di seluruh Indonesia sebagai negera kepulauan.
Salah satu contohnya adalah kemitraan dengan Traveloka yang dinilai dapat menjangkau wilayah Indonesia secara luas.
Baca Juga
David Khim menjelaskan FMA memiliki dua tipe kemitraan untuk Piala Dunia 2018 ini. Pertama, kemitraan sebagai Media Right License, yaitu mitra yang akan menyiarkan tayangan Piala Dunia 2018 aik secara langung maupun tunda, termasuk lewat layanan satelit, OTT, mobile dan lainnya.
Kedua, sponsor dengan kategori tertentu, seperti Traveloka dalam bidang hospitality, travel, dan attractions. Tidak menutup kemungkinan untuk kategori lainnya, seperti FMCG.
"Mungkin kami juga akan mengumumkan FMCG partner, mungkin payment gateway partner, siapa yang tahu? semuanya yang bisa meningkatkan pengalaman publik, kami akan jalin kemitraan," jelasnya.
Adapun hingga saat ini, beberapa partner yang sudah ada diantaranya, Trans TV, Trans7, Transvision, Detik, CNBC, CNNIndonesia, K-Vision. Namun pihaknya tidak dapat menyebutkan nilai investasinya.
Terkait potensi penonton, FMA optimistis pada Piala Dunia 2018 ini dapat lebih baik dari penyelenggaraan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi waktu gelaran dimana pertandingan bola yang ada hadir di waktu primetime, seperti pukul 17.00 WIB, 19.00 WIB dan 20.00 WIB hingga 01.00 WIB.
Selain itu penyelenggaran Piala Dunia 2018 di Rusia digelar pada 14 Juni-15 Juli 2018 yang bertepatan dengan momentum liburan sehingga bisa menjangkau penonton lebih banyak.
"Kami optimistis bisa pecah rekor, dari viewer. Ada potensi 175 juta penonton. Untuk sponsorship kami belum tahu pasti tapi dari viewer [penonton] kami yakin," katanya.
FMA menilai peluang sponsor untuk sepak bola sangat luas, bisa dari banyak kategori. Sejauh dari sponsor FIFA juga berasal dari beragam kategori, mulai dari pembayaran, makanan cepat saji, minuman.
Untuk di Indonesia sendiri, FMA menilai minat dari perusahaan atau brand berpartisipasi dalam perhelatan Piala Dunia 2018 Rusia ini juga sangat tinggi.
"Sangat tertarik [perusahaan dan brand di Indonesia]," katanya.
Dimana dalam beberapa kategori, FMA juga menerapkan sistem penawaran terbaik termasuk rencana pemasaran menyeluruh secara offline dan online. Hal ini memastikan pengalaman menyeluruh bagi masyarakat untuk Piala Dunia 2018 ini.
"Potensinya besar," ujarnya.
BELANJA IKLAN
Sebelumnya, Nielsen Indonesia menilai perhelatan besar Piala Dunia akan menjadi momen yang dinantikan juga oleh pelaku industri bisnis.
Hellen Katherina, Executive Director, Head of Media Business Nielsen Indonesia, mengungkapkan jika melihat kembali momen piala dunia sebelumnya, ternyata momen piala dunia ini cukup berpengaruh terhadap tren belanja iklan.
Nielsen Ad Intel mencatat pada Piala Dunia 2010, secara keseluruhan mendorong total belanja iklan lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan di luar pelaksanaan tayangan Piala Dunia 2010. Tercatat di bulan Juni 2010 dan Juli 2010 total belanja iklan masing-masing mencapai Rp3,1 Triliun, relatif lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya di sepanjang tahun 2010.
“Selama periode Piala Dunia FIFA 2010 (11 Juni-11 Juli 2010), total belanja iklan yang tayang pada progam-program pertandingan Piala Dunia saja mencapai Rp695 Miliar dengan jumlah spot iklan sebanyak 10.541 spot iklan,” jelas Hellen.
Dari sisi kategori produk, kategori produk iklan korporasi menjadi pengiklan terbesar dengan total belanja iklan Rp116,8 miliar, diikuti oleh kategori rokok kretek dengan belanja iklan sebesar Rp104,1 miliar.
Kategori telekomunikasi berada di urutan ke tiga dengan total belanja iklan mencapai Rp85,3 miliar. Kemudian, kategori minuman kesehatan dan makanan atau mie Instan berada di urutan berikutnya, masing-masing dengan total belanja iklan Rp64,9 miliar dan Rp30,2 miliar.
Sementara itu, Piala Dunia 2014 yang berlangsung di Brazil memberikan cerita yang sedikit berbeda karena bersamaan dengan bulan puasa yang berpengaruh ke kepemirsaan TV.
Nielsen Ad Intel mencatat bahwa selama momen Piala Dunia 2014 dan juga Ramadhan, total belanja iklan mencapai lebih dari Rp7 triliun, angka yang tidak terlihat di bulan-bulan yang lain di tahun tersebut.
Namun, total belanja iklan yang dihasilkan selama tayangan Piala Dunia 2014 lebih rendah dibandingkan Piala Dunia 2010, yaitu mencapai Rp316 miliar.
Kategori telekomunikasi dan minuman kesehatan masih ada dalam jajaran kategori utama yang mensponsori program tayangan Piala Dunia, dengan nilai belanja iklan masing-masing mencapai Rp80,4 miliar dan Rp56,7 miliar.
Untuk, kategori rokok tidak lagi ada dalam jajaran sponsor utama. Telkomsel dan Extra Joss adalah produk dengan iklan terbesar dengan nilai belanja iklan Rp39,6 miliar dan Rp35,9 miliar, tidak jauh berbeda dengan yang digelontorkan di Piala Dunia 2010.
Hellen mengatakan perbedaan waktu dengan negara penyelenggara Piala Dunia yang mempengaruhi jam tayang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kepemirsaan TV.
“Selain itu, adanya momen-momen seperti bulan Ramadan juga berpengaruh karena pemirsa TV mempunyai kebiasaan yang berbeda di bulan tersebut,” ujarnya.