Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DPD DKI Jakarta Nellys Sukidi memastikan tidak ada pengusaha yang melakukan menyimpan untuk stok beras secara berlebihan, apalagi menjelang panen raya.
Menurutnya selama masa panceklik sejak akhir 2017 lalu, tidak ada pengusaha yang berani menyimpan stok beras. Bahkan stok yang ada hanya cukup untuk kebutuhan konsumen dalam hitungan mingguan.
“Justru stok di bulan-bulan awal kemarin sudah tipis, gak mungkin ada yang simpan, kalau itu di simpan paling untuk cadangan per hari,” kata dia kepada Bisnis, Selasa (20/2/2018).
Meski begitu dia mengaku saat ini sudah dimulai masa transisi menjelang panen raya. Bahkan di sejumlah daerah mulai mengalami panen sehingga memperbanyak suplay dan menyebabkan penurunan harga beras.
“Ini dinamika pasar, ini bukti ril yang namanya pasar kalau suplay nambah pasti turun harga, buktinya suplay sudah mulai banyak,” paparnya.
Sementara, Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan harga beras mulai mengalami penurunan.
Baca Juga
Menurutnya, penurunan harga beras disebabkan faktor suplay dan demand. Saat ini sejumlah daerah mulai mengalami masa panen sehingga suplay beras mulai merata di seluruh daerah.
"Kedua, karena masih berlangsungnya operasi pasar. Kan sampai saat ini masih berjalan," kata Soetarto kepada Bisnis, Selasa (20/2/2018).
Di samping itu faktor lainnya ialah upaya pemerintah yang terus menyalurkan rastra dan bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu. Sehingga kebutuhan beras terus terpenuhi. Sementara faktor terakhir pengaruh impor beras yang dilakukan pemerintah.