Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan perdagangan Jepang lebih cepat pada tahun 2018 ini, dengan ekspor dan impor mencatat pertumbuhan yang kuat pada Januari, meski mencatat defisit perdagangan bulanan pertama sejak Mei 2017.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dilansir Bloomberg, Senin (19/2/2018), nilai ekspor naik 12,2% pada Januari dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Angka ini lebih tinggi dari perkiraan dalam survei Bloomberg yang mencapai 9,4%.
Sementara itu, impor tumbuh 7,9%, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 7,7%. Neraca perdagangan Januari mengalami defisit 943,4 miliar yen, lebih rendah dari perkiraan sebesar 1 triliun yen. Volume ekspor naik 9,2% dari tahun sebelumnya.
Dilansir Bloomberg, Jepang menikmati pemulihan ekspor yang kuat di tahun 2017 yang membantu mendorong ekonomi negara tersebut mencapai ekspansi terpanjang dalam hampir 30 tahun terakhir.
Sementara itu, peningkatan impor juga menjadi tanda membaiknya permintaan domestik, dan mengindikasikan Bank of Japan membuat kemajuan dalam upayanya untuk menghasilkan pemulihan ekonomi yang mandiri.
Di sisi lain, lonjakan dari nilai tukar yen terhadap dolar AS menjadi risiko yang akan membuat nilai impor impor lebih murah, menekan inflasi, sekaligus memotong laba dari eksportir.
Baca Juga
"Kenaikan impor menunjukkan bahwa permintaan domestik sehat," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Co. di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.
"Kita harus lebih fokus pada tren ekspor daripada neraca perdagangan untuk mendapatkan gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi, dan dalam hal itu, Jepang berhasil dengan baik. Ekspor tumbuh baik dalam harga maupun volume, jadi kita dapat mengatakan bahwa ada hasil yang kuat," lanjutnya.
Sementara itu, Masaki Kuwahara, ekonom senior di Nomura Securities Co. mengatakan kuatnya nilai ekspor Jepang tak lepas dari pemulihan ekonomi global serta kuatnya permintaan dari China.
"Saya pikir ekspor akan terus berlanjut dengan baik untuk sementara waktu. Neraca perdagangan cenderung berada di posisi merah pada bulan Januari. Ini bukan kejutan dan saya pikir defisit akan bersifat sementara," lanjutnya.
Sementara itu, Ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 30,8% pada Januari dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sedangkan ekspor ke Amerika Serikat naik 1,2% dan Uni Eropa meningkat 20,3%.