Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan pembiayaan ekuitas melalui skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) untuk divestasi saham PT Waskita Toll Road (WTR) dapat rampung pada kuartal I/2018.
CEO Unit Tim Fasilitasi Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA Center) Ekoputro Adijayanto mengatakan dalam kesepakatan antara PINA dan Huatsing Housing Holding, perusahaan asal China yang berminat membeli saham Waskita Toll Road, aksi korporasi paling lambat akan dilakukan pada Maret 2018. Modal baru tersebut nantinya akan digunakan WTR untuk mendanai sejumlah proyek jalan tol yang saat ini tengah dibangun, mulai dari Trans Jawa sampai ruas tol lainnya di seluruh Indonesia.
Huatsing saat ini tengah dalam proses pembentukan joint venture dengan PT Kopelindo Infrastruktur Indonesia (Kopel Infra). Selain akan masuk pada divestasi WTR, perusahaan patungan tersebut nantinya diharapkan dapat mendanai PLTU Meulaboh 2 x 200 MW yang dibangun oleh PT PP Energi, Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB), dan pembangunan apartemen kelas menengah.
“Kemungkinan setelah Imlek, mereka akan datang ke Indonesia untuk mempercepat prosesnya karena memang sudah diultimatum oleh PINA untuk segera masuk,” ungkapnya, Senin (5/2/2018).
Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto menuturkan saat ini pihaknya masih mengkaji berbagai penawaran yang masuk untuk membantu permodalan perseroan.
“Masih kami lihat,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Herwidiakto mengatakan pihaknya juga tengah gencar menawarkan ruas tol Becakayu ke sejumlah investor. Saat ini, setidaknya terdapat 34 proyek infrastruktur senilai total Rp348,2 triliun yang terdaftar dalam pipeline proyek PINA dan siap ditawarkan kepada investor potensial selama 2 tahun mendatang.
Proyek itu terdiri dari 19 proyek jalan tol senilai Rp148,6 triliun, 4 proyek penerbangan baik itu bandara dan pesawat senilai Rp58,5 triliun, 10 proyek pembangkit dan transmisi listrik senilai Rp127,6 triliun, dan 1 proyek pariwisata senilai Rp13,5 triliun.
PINA berfungsi memfasilitasi, menyediakan pipeline proyek, hingga membentuk ekosistem investasi untuk proyek infrastruktur. Pendanaan kepada proyek bisa berbentuk pembiayaan ekuitas langsung dan instrumen investasi ekuitas, seperti Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), perpetuity notes sampai callable preferred stocks.