Bisnis.com, JAKARTA -- Royal Dutch Shell mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada 2017 sebesar 119% menjadi US$15,76 miliar dibandingkan dengan 2016 senilai US$7,18 miliar.
Direktur Utama Royal Dutch Shell Ben van Beurden mengatakan, pihaknya mencatatkan kinerja keuangan yang kuat pada 2017. Setelah setahun bertransformasi, Shell telah menunjukkan bagaimana strategi investasi kelas dunia.
"Kami fokus pada nilai, kinerja, dan daya saing sehingga bisa mencatatkan arus kas US$39 miliar dari operasi di luar pergerakan modal kerja karena ada peningkatan kelas beberapa portofolio," ujarnya, dikutip dari situs resminya, Minggu (4/2/2018).
Beurden mengatakan, pihaknya memperkuat kerangka kerja keuangan sepanjang tahun lalu dengan menekan utang bersih senilai US$8 miliar.
"Kami mencatat pertumbuhan laba yang kuat sepanjang 2017 didukung momentum pengiriman dari semua lini bisnis yang terus berlanjut," ujarnya.
Pada 2018, dia mengatakan, Shell akan terus disiplin di tengah keyakinan yang cukup kuat terkait kondisi yang lebih baik.
Baca Juga
"Kami berkomitmen untuk memberikan imbal hasil dan arus kas yang kuat," ujarnya.
Secara rinci, lonjakan laba bersih Shell didukung sektor hulu yang kembali cuan senilai US$3,09 miliar dibandingkan sebelumnya yang rugi US$2,7 miliar.
Lalu, sektor gas terintegrasi mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan sebesar 42,37% menjadi US$5,26 miliar, sedangkan laba sektor hilir mengalami kenaikan sebesar 25,39% menjadi US$9,08 miliar.
Di tengah lonjakan kinerja itu, Shell mencatatkan penurunan penggelontoran modal investasi yang signifikan sepanjang tahun lalu. Modal investasi Shell mencatatkan penurunan sebesar 69,94% menjadi US$24 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai US$79,87 miliar.
Produksi semua produk Shell yang siap dijual pada 2017 mengalami penurunan 0,1% menjadi 3,66 juta barel per hari.