Bisnis.com, JAKARTA -- Chevron mencatatkan laba bersih senilai US$9,19 miliar pada 2017. Sebelumnya, pada 2016, perusahaan asal Amerika Serikat itu masih mencatatkan rugi bersih senilai US$497 juta.
Chairman dan Chief Executive Officer Michael Wirth mengatakan, pihaknya telah mencapai tujuan dengan mendorong arus kas menjadi lebih positif dengan menekan belanja modal, menurunkan struktur biaya, memulai proyek awal dan yang sudah dalam tahap pengembangan, dan rencana penjualan aset.
"Selain itu, harga komoditas yang lebih tinggi ketimbang tahun-tahun sebelumnya juga membantu kinerja kami lebih positif," ujarnya dalam keterangan resmi pada Sabtu (3/2/2018).
Secara detail, sektor hulu Chevron menjadi tumpuan kinerja positif sepanjang tahun lalu. Sektor itu mencatatkan laba bersih senilai US$8,15 miliar dibandingkan dengan 2016 yang masih rugi US$2,53 miliar.
Pada sektor hilir, Chevron mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 51,79% menjadi US$5,21 miliar dibandingkan dengan sebelumnya.
Wirth menuturkan, pihaknya telah mengganti lebih dari 150 cadangan yang telah diproduksi sehingga mencapai hasil yang signifikan di sektor hulu pada tahun lalu.
Baca Juga
"Ini pun termasuk LNG [Liquefied Natural Gas] pertama kami di Australia. Kami juga mencatat pertumbuhan produksi yang mengesankan pada cekungan Permian, Amerika Serikat," tuturnya.
Sepanjang tahun lalu, Chevron menggelontorkan belanja modal di bawah US$19,8 miliar.
Perusahaan asal Negeri Paman Sam itu juga mencatatkan pertumbuhan produksi secara keseluruhan 5% pada tahun lalu, sedangkan pada tahun ini Chevron menargetkan pertumbuhan produksi keseluruhan bisa naik 4% sampai 7%.
Secara rinci, Chevron mencatatkan produksi migas secara keseluruhan naik 5,16% menjadi 2,72 juta barel per hari dibandingkan dengan sebelumnya.
Lalu, penjualan produk kilang minyak naik sebesar 0,56% menjadi 2,69 juta barel per hari, sedangkan input kilang minyak turun sebesar 1,59% menjadi 1,66 juta barel per hari.