Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Gas Industri Hingga 2020 Capai 7%

Pabrikan yang tidak mematok rencana ekspansi berlebihan membuat pergerakan permintaan gas industri hanya akan berada di level 5% hingga 7% hingga 2020.
Jaringan pipa gas./Antara
Jaringan pipa gas./Antara

JAKARTA—Pabrikan yang tidak mematok rencana ekspansi berlebihan membuat pergerakan permintaan gas industri hanya akan berada di level 5% hingga 7% hingga 2020.

Ekspektasi pertumbuhan permintaan gas industri terbesar di Asia Tenggara diperkirakan berasal dari Myanmar yang diproyeksikan tumbuh 10%—13%, disusul Vietnam (6,6%—7,8%), dan kemudian Philipina (6%—7,4%). 

Adapun, permintaan gas industri terendah diperkirakan terjadi di Singapura (1,3%—1,8%), Malaysia (4,6%—5,6%), kemudian disusul Thailand (4,7%—5,9%).

Steering Committee Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) Rachmat Harsono mengatakan estimasi pertumbuhan ini seiring dengan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto masing-masing negara. Pelaku memperkirakan rata-rata pertumbuhan permintaan gas industri akan mencapai dua kali lipat dari pertumbuhan produk domestik bruto.

"Proyeksinya pada 2020, kapitalisasi gas industri Asia Tenggara sekitar US$3,37 miliar - US$3,45 miliar," kata Rachmat di Jakarta, pekan lalu. 

Gas industri adalah bahan gas yang melalui proses fabrikasi untuk digunakan kembali dalam industri. Beberapa jenis gas yang dikemas ini seperti nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, neon hingga helium. Gas yang dikemas ini kemudian dimanfaatkan untuk membantu proses produksi dalam industri petrokimia, pengolahan baja dan logam, gas untuk pasien di rumah sakit hingga bola lampu. 

Saat ini pemain utama gas industri di Asia Tenggara adalah Singapura karena banyaknya kilang minyak di wilayah ini, selanjutnya disusul Thailand yang ditopang oleh kebutuhan industri otomotif. 

Sementara itu, kapasitas terpasang gas udara mencapai 1,6 miliar kubik pada tahun lalu. Dari kapasitas terpasang ini, group Samator memiliki kapasitas terbesar yakni mencapai 51%. Selebihnya sebanyak 49% adalah investasi asing. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper