Bisnis.com, JAKARTA - Tiga hal dinilai sebagai ancaman yang perlu diwaspadai terkait prospek perekonomian di kawasan Asia Pasifik.
Grant Thornton, organisasi global terkemuka penyedia jasa audit, tax dan advisory, merilis hasil riset mengenai pandangan pelaku bisnis terkait prospek perekonomian di kawasan Asia Pasifik pada tahun ini.
Salah satu kesimpulannya adalah level optimisme bisnis mencapai titik tertinggi selama 2 tahun terakhir yakni 41%.
Dalam hasil riset yang disusun dalam sebuah laporan bertajuk "Asia Pacific: Trading and Thriving" itu menyebutkan perekonomian yang cukup dinamis terutama digerakkan oleh dua kekuatan ekonomi, China dan Jepang dan didukung meningkatnya perdagangan di negara-negara Asia Pasifik.
Riset Grant Thornton mencatat 46% pelaku bisnis percaya One Belt One Road yang diinisiasi Pemerintah China dengan dana sebesar US$5 triliun untuk program infrastruktur di Asia, Timur Tengah, Eropa dan Afrika akan menjanjikan cerahnya kesempatan pertumbuhan ekonomi.
"Optimisme bisnis di Asia Pasifik didorong fakta bahwa 50% dari pelaku bisnis memiliki keyakinan cukup tinggi akan stabilitas kondisi geopolitik di kawasan Asia Pasifik yang tentunya akan menciptakan iklim bisnis kondusif untuk perdagangan bebas setidaknya 5 tahun ke depan," tulis Grant Thornton dalam rilisnya yang diterima Bisnis, Jumat (2/2/2018).
Baca Juga
Riset Grant Thornton menunjukkan beberapa kemitraan perdagangan antarnegara seperti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dibentuk tahun 2015, turut mendorong tumbuhnya kesempatan bisnis, selain itu Kemitraan Trans Pasifik juga dianggap mampu memperkuat hubungan dagang dan ekspor antarnegara anggota walaupun Amerika Serikat menarik dukungannya pada tahun lalu.
"Namun walau data pendukung tersebut terlihat positif dan meyakinkan, perlu juga diwaspadai beberapa ancaman yang mampu mempengaruhi pesatnya pertumbuhan ekonomi maupun optimisme bisnis di kawasan Asia Pasifik," ujar laporan ini.
Grant Thornton menggarisbawahi ada 3 ancaman yang berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian kawasan ini meliputi :
Satu: Populasi yang menua. Selama 2 tahun terakhir dianggap sebagai ancaman yang paling besar, hal tersebut diyakini oleh 33% pelaku bisnis di tahun ini.
Kedua: Konflik Regional terkait sengketa kawasan. Hal ini dianggap berpotensi menjadi ancaman besar dikarenakan ketidakpastian cara para pemimpin negara untuk menyelesaikan perselisihan juga akan berpengaruh terhadap kemampuan merencanakan ekonomi secara efektif.
Ketiga: Perlambatan ekonomi China. Kondisi yang terdengar santer sebagai salah satu penyebab melambatnya ekonomi global dari tahun lalu masih dipercayai 32% pelaku bisnis di Asia Pasifik sebagai potensi ancaman.
Grant Thornton Regional Head of Asia Pacific, Rodger Flynn mengatakan bisnis di seluruh wilayah bergulat dengan berbagai tantangan ekonomi, budaya dan politik.
"Meskipun data pendukung masih positif, jika tantangan tersebut dibiarkan tidak tertangani tentunya dapat menghalangi prospek pertumbuhan yang telah diidentifikasi oleh laporan terbaru kami," katanya.
Flynn juga menegaskan pentingnya pelaku bisnis untuk memiliki rencana cadangan terkait perjanjian dagang baik dari skala global hingga regional untuk memanfaatkan peluang perdagangan secara optimal.
"Rekomendasi terkait ancaman populasi yang menua menekankan tidak adanya solusi kilat akan hal tersebut, namun pelaku bisnis dapat mempertimbangkan untuk mencari sumber baru untuk tenaga kerja ke depannya termasuk mereka yang sedang mencari perubahan jenjang karir dari pekerjaan saat ini," ujarnya.