Bisnis.com, JAKARTA – Kilang Bontang akan memprioritaskan untuk memproduksi gasolin, seperti Premium, Pertalite, dan Pertamax. Hal itu seiring dengan permintaan bahan bakar bensin masih tinggi, dan upaya mengurangi produksi diesel.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ardhy N. Mokobombang mengatakan, perseroan memperkirakan produksi bensin dan avtur akan menjadi fokus utama. Pasalnya, permintaan domestik untuk kedua produk itu, terutama bensin, masih terus tumbuh.
“Ekspor produk bensin dan avtur masih belum ditentukan, kami lihat mungkin ada ekses produksi yang bisa diekspor. Kami akan prioritaskan dan terbuka untuk permintaan dalam negeri terlebih dulu,” ujarnya pada Selasa (30/1).
Produksi bensin menjadi prioritas utama karena melihat permintaan produk itu masih lebih besar ketimbang avtur saat ini.
Adapun, Ardhy menyebutkan, perseroan akan mengurangi produksi untuk diesel karena menyesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri. Permintaan diesel juga terus berkurang saat ini.
“Nantinya, kami perkirakan produksi diesel akan mengalami ekses cukup besar. Namun, kepastiannya tergantung hasil dari RDMP [refinery development master plan] juga,” sebutnya.
Dalam pembangunan kilang Bontang itu, Pertamina telah menggandeng Overseas Oil & Gas (OOG) LCC, perusahaan asal Oman dan Cosmo Internasional Pte. Ltd., perusahaan asal Jepang. Nantinya, mereka akan membuat perusahaan patungan untuk membangun kilang Bontang tersebut.
Dalam kerja sama itu, OOG dan Cosmo telah menandatangani letter of aggrement dalam rencana pembentukan perusahaan patungan untuk pengembangan kilang Bontang tersebut.
Nantinya, kilang Bontang itu akan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barel per hari.
Ketika sudah berjalan, pasokan minyak mentah kilang Bontang akan diambil dari Oman. Hal itu dengan melihat produksi minyak Negara Timur Tengah itu mencapai 1 juta barel per hari sampai 1,2 juta barel per hari. Pertamina pun tetap memiliki hak untuk memasok minyak mentah sebesar 20%.